Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

Mahasiswa UNS Gelar Aksi Bacakan Maklumat Super Semar, Kecewa Rektorat dan Guru Besar Tak Ikut

Mahasiswa UNS menggelar aksi membacakan Maklumat Super Semar. Mereka menyoroti guru besar dan rektorat yang tidak ikut.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Para mahasiswa Universitas Sebelas Maret atau UNS membacakan Maklumat Super Semar "Demokrasi Terkhianati, Pancasila Tercela" di depan Gedung Rektorat pada Rabu (7/2/2024). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret atau UNS membacakan Maklumat Super Semar  "Demokrasi Terkhianati, Pancasila Tercela" di depan Gedung Rektorat pada Rabu (7/2/2024).

Mereka pun kecewa pihak rektorat dan guru besar tidak berani ikut menyatakan sikap bersama mereka.

“Kita sudah tidak bisa percaya pada siapa pun. Ketua MK melanggar etik. Ketua KPU melanggar etik. Presiden Jokowi telah mengangkangi demokrasi,” ungkap Presiden BEM UNS Agung Lucky Pradita.

Ia pun mendesak Rektorat UNS untuk segera mengambil sikap atas banyaknya permasalahan di negeri ini.

Dengan begitu nilai demokrasi bisa kembali tegak berdiri.

“Solo merupakan titik pergerakan. Salah satu paslon juga berasal dari Surakarta. Maka dari itu etika dalam berpolitik harus dijunjung tinggi. Kami menuntut dari UNS untuk bisa benar-benar menegakkan nilai demokrasi dan juga Pancasila agar tidak tercela,” jelasnya.

Ia pun berharap bagi para pejabat yang terbukti melanggar etik tidak lagi diamanahi untuk terus memimpin negeri ini.

“Kami harapkan pelanggar konstitusi dan kode etik dihukum seberat-beratnya dan tidak memimpin Indonesia. Karena dari awal mereka telah mencederai Indonesia,” terangnya.

Ia juga menyoroti Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang tidak mundur sebagai Wali Kota Solo saat mencalonkan diri.

Ia mengaku resah dengan Gibran yang dianggap representasi anak muda.

“Hari ini beliau belum mengundurkan diri. Yang dilakukan banyak sekali melakukan pelanggaran. Katanya representasi pemuda. Namun pemuda saat ini resah dengan apa yang dilakukan,” jelasnya.

Ia pun mempertanyakan para guru besar dan rektorat yang tidak mengikuti gerakan ini.

Hal ini kontradiktif dengan klaim UNS sebagai benteng Pancasila.

“Itu menjadi suatu pernyataan besar mahasiswa. UNS menjadi kampus benteng Pancasila katanya. Namun hingga saat ini belum berani menyatakan sikapnya. Maka dari itu kami mendesak civitas akademika. Namun per hari ini pun belum berani menyatakan sikapnya,” tuturnya.

Ia pun berharap dengan adanya gerakan dari mahasiswa ini bisa memantik gerakan serupa dari civitas akademika lain.

“Adanya inisiasi ini dari rektorat maupun dewan profesor berani menjaga marwah ilmu pengetahuan. Agar penjaga ilmu pengetahuan tidak tinggal diam ketika ilmu pengetahuan ternodai,” jelasnya.

Menanggapi hal ini, Plt. Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, Bisnis dan Informasi Prof. Irwan Trinugroho, S.E., M.Sc,.Ph.D tetap bersikukuh pada sikap awal.

Salah satunya “berkomitmen menjaga kondusifitas kampus UNS”.

“Sikap UNS sudah jelas sebagaimana pernyataan sikap yang ditandatangani 3 unsur pimpinan pada tanggal 5 Februari lalu. Mengenai mahasiswa yang juga menyatakan sikapnya itu, menurut kami, hal tersebut merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang harus kita hormati dan hargai,” tuturnya.

Meski begitu, pihaknya menghormati sikap dari mahasiswa maupun pihak lain menyikapi kondisi demokrasi saat ini.

“Seluruh warga kampus UNS, dosen, tendik dan termasuk mahasiswa juga menghormati pandangan kami sebagai sebuah bentuk kedewasaan dalam berdemokrasi,” jelasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved