Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali

Kekhawatiran Pedagang Beras di Boyolali, Sekilo Rp 17 Ribu, Tak Berani Kulakan Banyak

Belum banyaknya daerah penghasil padi yang panen, harga beras di pasaran pun terus melejit.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Tri Widodo
Pedagang beras di Pasar Kebonagung, Kecamatan Ngemplak 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Belum banyaknya daerah penghasil padi yang panen, harga beras di pasaran pun terus melejit. 

Beras yang harganya di bawah Rp 15 ribu pun sudah tak ada di pasaran Boyolali

Termasuk di Pasar Kebonagung, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Pedagang beras Pasar Kebonagung, Ryan menyebut sejak Januari harga beras terus mengalami kenaikan. 

Kenaikan harga beras bertahap dari Rp 500 sampai Rp 1 ribu per kilogramnya. 

Baca juga: Janji Penambang di Sambi Boyolali Tak Terealisasi, Warga Jatisari Bakal Adukan ke Polisi

"Saat ini jadi saja jual yang paling murah itu Rp 16 ribu yang mahal Rp 17 ribu. Rentangnya ya Rp 16 ribu, Rp 16,5 ribu dan Rp 17 ribu," terang dia.

"Ya karena dampak El Nino itu banyak yang gagal panen terus petani juga ngeluh harga pupuk tinggi jadikan harus dijual tinggi juga dari petani," tambahnya.

Pedagang sembako di Pasar Boyolali Kota, Heni Nila Sari (47) menambahkan harga beras melambung tinggi hingga menyentuh Rp 17 ribu per kilogramnya. 

"Dulu paling murah beras 5 kilogram itu Rp 55 ribu, sekarang jadi Rp 78 ribu, itu paling rendah dan paling murah," terang dia.

"Sekarang paling bagus Rp 88 ribu per 5 kilogram, atau  Rp 17 ribu per kilogram," tambahnya. 

Dia mengaku kenaikan harga ini jelas membuat konsumen protes. 

Baca juga: DPD Golkar Boyolali Curiga dengan Surat Suara Tidak Sah di Juwangi, Minta Coblosan Ulang

Namun, karena bahan pokok  mau tak mau masyarakat tetap membeli. 

Jika awalnya mampu membeli satu sak ukuran 25 kilogram, kini hanya mampu mengecer kemasan 3 sampai 5 kilogram. 

Masyarakat juga cenderung memburu beras dengan harga termurah. 

"Stoknya ya menurun. Saya kulakan juga sedikit-sedikit saja, karena takut nanti harganya tiba-tiba turun. Karena sekarang kan harganya gak stabil, tiba-tiba turun nanti naik lagi," kata dia.

"Khawatirnya itu. Meski pasokan masih ada, kami ambil dari Pasar Legi (Solo) dan Delanggu (Klaten)," imbuhnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved