Klaten Bersinar
Gebyar Padusan di OMAC Klaten, Bupati Sri Mulyani Lakukan Siraman Gunakan 21 Sumber Mata Air!
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tradisi padusan yang dijadikan sarana pembersihan diri sebelum memasuki bulan Ramadan 1445 H/2024 M, kembali digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab), di Obyek Mata Air Cokro (OMAC), Desa Ponggok, Kecamatan Tulung, Klaten, pada Minggu (10/3/2024).
Bupati Klaten Sri Mulyani bersama Forkopimda Kabupaten Klaten hadir langsung dan melakukan tradisi siraman menggunakan air yang berasal dari 21 mata air di Kabupaten Klaten sebagai simbol pasudan.
Dari pantauan TribunSolo.com rangkaian kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB, itu ditandai dengan kedatangan Bupati Sri Mulyani di lokasi yang disambut dengan iringan hadroh dari Omah Wayang.
Kemudian terdengar sayup-sayup iringan gamelan menandai prosesi kirab kendi dan gunungan segera dimulai.
Nampak, Bupati Sri Mulyani berjalan dibarisan terdepan di ikuti pejabat di lingkungan Pemkab Klaten. Tepat dibelakangnya anak-anak membawa 21 kendi disusul gunungan berisikan hasil bumi dan gunungan apem sekaligus udik-udik. Selanjutnya air dari 21 umbul dituang ke dalam gentong.
Kemudian, rangkaian dilanjutkan dengan memotong tumpeng dan memukul bedug di atas panggung yang dilakukan Bupati bersama Forkopimda Klaten.
Memasuki prosesi siraman, Bupati dan Forkopimda Klaten secara bergantian, menyiramkan air kepada Mas dan Mbak Klaten atau Duta Wisata Klaten, dilanjutkan dengan sebaran gunungan apem dan udik-udik kepada masyarakat.
Baca juga: Launching di Klaten! Menparekraf Ajak Desa Wisata Ikut ADWI 2024, Bupati Sri Mulyani Mengaku Siap
Diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten Sri Nugroho, padusan tahun ini diberi nama Gebyar Padusan dengan mengusung tema "Merti Rogo Hanggayuh Resik Ing Jiwo".
"Merti Rogo Hanggayuh Resik Ing Jiwo itu dapat diartikan bagaimana kita mensucikan badan kita sebelum kita menjalankan ibadah puasa," jelasnya.
Lanjut, Sri Nugroho mengungkapkan, jika 21 mata air bermakna bahwa Klaten dikenal sebagai kota seribu umbul. Selain itu angka 21 juga menggambarkan datangnya wahyu illahi, dalam istilah jawa lebih dikenal dengan malam selikuran.
Tradisi malam selikuran diharapkan menjadi sarana pengingat untuk memperbanyak sedekah, introspeksi diri, dan juga menggiatkan ibadah-ibadah lain dalam sepuluh hari di Bulan Ramadan.
Selain itu, sebar udik-udik yang berisi apem dan uang dimaknai dengan saling maaf memaafkan sebelum bulan Ramadan dan gemar bersedekah terutama di bulan Ramadan.
Melalui kegiatan padusan, pihaknya memprediksi mampu menyedot sekira 4 ribu pengunjung dan berharap dapat jadi pemantik pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Klaten.
Selain itu ia juga berharap, kegiatan tersebut turut memberikan dampak positif kepada masyarakat.
"Agar orang yang beriman dapat membersihkan diri jiwa raga sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, sekaligus untuk meningkatkan ketakwaan kepada sang khaliq."
"Selain itu, padusan tersebut juga untuk melestarikan tradisi adat jawa, karena padusan juga telah dilakukan sejak Raja Kasunanan Surakarta Sri Paku Buwono Pertama," harapnya.
Hal senada juga disampaikan Bupati Sri Mulyani, bahwa padusan merupakan tradisi dari leluhur di Kabupaten Klaten.
"Tradisi ini luar biasa dan kami jadikan aset karena tujuannya sangat luar biasa," jelasnya.
Bupati Sri Mulyani melihat, Gebyar Padusan yang digelar Pemkab Klaten juga memberikan dampak positif khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Karena dapat kita lihat UMKM tumbuh, pengunjung banyak, kuliner ada, souvernir ada, potensi yang ada di Kabupaten Klaten juga dijajakan oleh UMKM," jelasnya.
"Melalui tradisi ini juga sebagai penambah PAD Kabupaten Klaten sekaligus sebagai media promosi kaitannya dengan potensi yang wisata di OMAC," paparnya.
Hal itu terlihat dari antusiasme masyarakat yang hadir. Terlebih saat memperebutkan gunungan yang dibagikan.
"Masyarakat sangat antusias, masyarakat tidak melihat besar uangnya tapi mereka ngalap (berharap) berkahnya. Ini yang membuat tradisi ini tidak ditemukan di tempat lainnya," ucapnya.
Bupati Sri Mulyani berharap, selain menjadi tradisi leluhur, pembersihan diri ini menjadi sarana menguatkan fisik dan mental dalam menjalani ibadah selama bulan suci Ramadan.
"Harapannya, dengan padusan ini kita akan memasuki bulan suci Ramadan dengan sehat walafiat, kuat, ikhlas dan khusyuk dalam menjalankan ibadah puasa. Semoga amal ibadah kita diterima Allah, dan masyarakat Klaten semakin maju,mandiri dan sejahtera, serta sehat lahir dan batin," harapnya.
(*/adv)