3 Fakta Protes Peternak Susu di Boyolali, Koperasi Tak Sanggup Menanggung Beban Biaya

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Protes peternak Boyolali berdasarkan keresahan mereka. 

Sebab, puluhan ribu liter susu yang mereka produksi tak terserap. 

Akhirnya, mereka menggelar aksi membuang susu pada Sabtu (9/11/2024).

Berikut fakta dari protes peternak di Boyolali:

1. 50 Ribu Liter Susu Dibuang

Total 50 ribu liter susu dibuang.

Susu senilai Rp 400 an juta itu terpaksa dibuang sia-sia karena tak diterima oleh pabrik.

Pembuangan susu ini sebagai buntut kondisi persusuan di Boyolali dan Indonesia yang lagi tidak baik-baik saja.

Pabrik hanya menerima 110 ribu liter dari 140 ribu liter susu dari 20 peternak di Boyolali.

Untuk saat ini, kerugian akibat tak semua susu diserap pabrik ini hanya ditanggung pengepul atau loper susu sendiri.

Namun, jika dalam beberapa hari kedepan tak ada perubahan, peternak yang akan menanggung sendiri.

Pengepul tak kuat lagi membeli susu dari para peternak.

Sriyono Bonggol salah satu pengepul susu di Boyolali saat ini tengah menjerit.

2. Industri Pengolahan Susu Membatasi

Pasalnya, pabrik atau industri pengolahan susu (IPS) di Indonesia tengah membatasi kuantitas susu masuk.

"Sehingga banyak susu yang menumpuk di koperasi, atau pengepul susu karena tak terserap pabrik," kata Sri.

Baca juga: Ratusan Pedagang di Boyolali Buang Susu Senilai Rp 400 Juta, Sebagian Buat Mandi di Tugu Susu Murni

Alasan pabrik tak menyerap seluruhnya susu dari peternak tak masuk akal.

Bagaimana tidak, pabrik yang melakukan pembatasan dengan alasan daya beli masyarakat yang lemah.

Padahal, produksi susu dalam negeri, masih 20 persen dari kebutuhan nasional.

"Meskipun pasar sesepi apapun. Seharusnya produksi susu lokal kita bisa terserap. Seandainya pemerintah atau industri itu mementingkan produksi dari susu lokal kita," katanya.

Pihaknya pun menunggu respon dari pemerintah pusat.

Beruntung, Pemkab Boyolali dan Pemprov Jateng telah memberikan respon dengan menyampaikannya ke pemerintah pusat.

"Hari Senin rencana ditindaklanjuti dengan pemanggilan IPS-IPS (Industri Pengolahan Susu)," jelasnya.

Harapannya, permasalahan ini segera diselesaikan.

Sebab, sudah berapa ratus ton saja susu yang dibuang karena tak tertampung.

"Sehari buang 30 ribu liter. Satu Liter susu katakanlah Rp 8 ribu. Sudah berapa miliar uang yang harus ditanggung pengepul susu," jelasnya.

3. Beban Biaya Membuat Koperasi Tak Bisa Menanggung

Beban biaya semakin lama akan membuat koperasi tak kuat menanggung beban yang berujung pada matinya koperasi.

Dampaknya susu dari peternak tak terbeli.

"Terus peternak ini mau dibawa kemana susunya. Padahal jumlahnya signifikan. Peternak akan berhenti dari dunia peternakan," ujarnya.

Padahal, peternak sapi perah menjadi sumber utama ekonomi keluarga.

Para peternak dengan populasi sapi di atas 6 ekor tak bisa bekerja di sektor lain.

"Artinya peternak tidak bisa kerja di sektor lain. Karena waktu sudah habis di kandang," jelasnya.

(*)