Penderita HIV AIDS di Solo

Ada 399 Penderita HIV/AIDS di Solo yang Aktif Berobat Antiretroviral Baru 64 Persen

Pihaknya menargetkan 13.350 orang bisa dites HIV. Namun, baru sekitar 12.027 orang yang berhasil diperiksa

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Rifatun Nadhiroh
Grid.id/Google
Tangani virus Corona dengan obat anti HIV/AIDS. Lopinavir dan Ritonavir merupakan antiretroviral yang berfungsi menghambat kemampuan HIV untuk berikatan dengan sel yang sehat dan bereproduksi. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dari 399 kasus baru Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), baru 259 yang aktif berobat Antiretroviral (ARV).

Itu artinya baru sekitar 64 persen yang memiliki kesadaran untuk berobat.

Padahal ARV bisa didapatkan secara gratis.

“Mendapatkan obat ARV gratis lewat puskesmas atau KPA kita fasilitasi,” ujar Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Solo Widdi Srihanto saat ditemui Rabu (20/11/2024).

Baca juga: Ratusan Warga Solo Terdeteksi Penderita HIV/AIDS, Terbanyak dari Seks Sesama Lelaki

Pihaknya menargetkan 13.350 orang bisa dites HIV.

Namun, baru sekitar 12.027 orang yang berhasil diperiksa.

Dari situ sebanyak 399 orang terdeteksi positif HIV/AIDS.

Menurutnya, tantangan terbesar adalah stigma yang terlanjur mengakar di masyarakat.

Maka dari itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi untuk menekan stigma negatif terhadap ODHA.

Salah satunya di sekolah-sekolah mengingat ODHA di usia sekolah cukup tinggi.

Tahun 2024 di umur 15-19 tahun terdeteksi sebanyak 23 orang mengidap HIV/AIDS.

“Kita dua tahun terakhir masuk sosialisasi. Kita masuk di MPLS. Sudah ada 20 sekolah,” ungkap Widdi.

Baca juga: 399 Warga Solo Terdeteksi Pengidap HIV AIDS hingga Oktober 2024, Terbanyak di Banjarsari

Pihaknya membentuk Kader Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN) untuk menjadi kepanjangan tangan dari KPA Kota Solo melakukan penanganan.

"Saya bentuk Kader Siswa Peduli Aids dan Narkoba,"

"Sehingga kalau terjadi apa-apa mereka positif terinfeksi bisa menangani tidak malah menstigma. Stigma itu paling sulit kita hapus,” jelasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved