Semua Bisa Seperti Kaluna, BTN Jawab Mimpi 'Middle Class' Milenial di Solo Merajut Griya Dambaan
Dengan gaji pas-pasan di ibu kota, Kaluna ingin membeli rumah sendiri sebab enggan tinggal di rumah warisan, berbagi dengan banyak anggota keluarga.
Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Kaluna menatap tabel Microsoft Excel di layar komputernya yang menunjukkan jumlah tabungan, pengeluaran, dan pemasukan sebagai karyawan. Pada tabel Excel tersebut terpampang angka Rp300 jutaan, yang rencananya akan dia jadikan uang muka untuk membeli rumah.
Kaluna adalah karyawan berkategori middle class (kelas menengah) yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Middle class atau kelas menengah merupakan orang yang memiliki pemdapatan tetap per hari atau per bulan. Biasanya, masyarakat yang berstatus kelas menengah memiliki barang-barang yang terjangkau atau tak terlalu mahal. Demikian soal rumah, mereka hanya mampu membeli rumah ala kadarnya.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, kelas menengah di Indonesia saat ini didominasi oleh kalangan penduduk usia produktif, mulai dari Gen X, Milenial, hingga Gen Z. Masyarakat kelas menengah pun menjadi penguasa utama konsumsi masyarakat. Sementara menurut klasifikasi Bank Dunia, kelas menengah ditandai dari jumlah pengeluaran Rp 1-6 juta per orang, per bulannya.
Dengan gaji pas-pasan di ibu kota, Kaluna ingin membeli rumah sendiri sebab enggan tinggal di rumah warisan, berbagi dengan banyak anggota keluarga. Selain itu, dia merupakan generasi sandwich yang harus ikut membantu kebutuhan keluarganya di rumah.
Narasi di atas merupakan sepotong adegan film Home Sweet Loan yang rilis di bioskop September 2024 lalu. Barangkali, masalah yang dialami tokoh seperti Kaluna sama seperti isu atau keresahan generasi milenial dan generasi Z di masa sekarang.
Mereka mendamba bisa berekspresi bebas di rumah sendiri, enggan menggantungkan nasib dari rumah warisan, namun terkendala kondisi ekonomi dengan gaji pas-pasan. Sementara jika dihitung-hitung, untuk membeli rumah cash rasanya mustahil tercapai dalam waktu dekat. Padahal harga tanah dan rumah semakin melambung saban tahunnya.
Tidak hanya di Jakarta saja, Kaluna dalam dunia nyata juga ada di kota kecil seperti Solo dan sekitarnya. Hajat bisa memiliki rumah sendiri sebagai middle class turut dialami oleh Adi Pamungkas (35), salah satu karyawan sebuah media di Solo, Jawa Tengah.
Kepada TribunSolo.com, dia berkisah perjuangannya bisa memiliki rumah sendiri di lokasi yang tak jauh dari pusat kota Solo lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Semenjak menikah dengan sang istri, mereka memang bertekad berdikari di rumah sendiri.
Bertahun-tahun menanti sembari menabung, pasangan suami istri yang sama-sama bekerja di perusahaan swasta ini akhirnya bisa memiliki rumah sendiri. Lelahnya berburu hingga survei sudah dijalani keduanya demi memiliki hunian impian.
Pilihan mereka pun jatuh kepada Griya Bhina Karya Sambon, di Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah. Jarak tempuhnya kurang lebih 15 menit dari pusat kota Solo.
Motivasi kedua memiliki rumah sendiri pada mulanya adalah karena tidak ingin tinggal bersama orangtua. Sempat terbesit di pikiran untuk mengontrak, namun setelah dikalkulasi, biaya mengontrak sama seperti mencicil rumah.

“Awalnya keinginan untuk memiliki rumah sendiri adalah dari istri yang ingin hidup mandiri dan tak bergantung ke mertua. Kepikiran mengontrak, namun sama-sama bayar, akhirnya kami memutuskan untuk membeli rumah sendiri,” kata Adi, Kamis (13/2/2025).
Begitu sang istri mengutarakan niat memiliki rumah sendiri, Adi langsung berburu rumah dijual lewat gawainya. Ada beberapa perumahan subsidi yang sempat dia survei. Sampai pada akhirnya ada informasi perumahan baru di kawasan Desa Sambon, Banyudono, Boyolali.
“Bisa dibilang saat itu kami berdua beruntung. Sebab, lagi butuh rumah, lalu mendadak ketemu lokasi yang menarik,” ucapnya.
Sempat Gantung Tanpa Kejelasan, Perbaikan Gedung DPRD Solo Bakal Dimodali Kementerian PU |
![]() |
---|
Baru Bergulir Sekali, CFD Manahan Solo Sudah Dievaluasi, Apa Saja? |
![]() |
---|
WhatsApp Jadi Alat Koordinasi, Terbongkar Peran Admin Grup Anarkis Perusak Fasum Slamet Riyadi Solo |
![]() |
---|
Terorganisir Lewat Grup WA, 17 Pelaku Perusak Fasum Slamet Riyadi Solo Punya Peran Masing-Masing |
![]() |
---|
UMKM Center Festival 2025 : Sinergi BPC HIPMI Solo dan Pemkot |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.