Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Wisata di Sragen

Asal Muasal Pembangunan Museum Sangiran di Sragen Jateng: Jejak Kehidupan Manusia Purba

Pembangunan museum ini merupakan upaya untuk melestarikan dan mengembangkan situs Sangiran yang kaya akan warisan sejarah

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TribunTravel
MUSEUM SANGIRAN - Area ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran, rekomendasi tempat wisata edukatif di Sragen, Jawa Tengah, 2023. 

TRIBUNSOLO.COM - Museum Manusia Purba Sangiran yang berlokasi di Sangiran No.Km.4, Kebayanan II, Krikilan, Kecamatan Kalijambe, adalah salah satu aset wisata terpenting di Kabupaten Sragen. 

Selain fosil-fosil bersejarah, pengunjung juga dapat melihat berbagai perlengkapan berburu, seperti kapak batu, yang digunakan oleh manusia purba untuk bertahan hidup.

Museum ini juga menyimpan koleksi buku-buku tua yang menarik untuk dipelajari.

Baca juga: Sejarah Bakso Wonogiri yang Dikenal Enak di Berbagai Penjuru Nusantara, Berawal dari Girimarto

Museum yang berada di Situs Manusia Purba Sangiran ini dipercaya sebagai salah satu pusat kehidupan manusia purba pada masa pra-sejarah.

Bagi Anda yang mencari destinasi wisata yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, Museum Manusia Purba Sangiran adalah pilihan yang tepat.

Sangiran sendiri merupakan sebuah kawasan cagar budaya yang terkenal dengan koleksi prasejarahnya.

Di sini, pengunjung bisa menyaksikan berbagai peninggalan dari zaman prasejarah, mulai dari fosil, artefak, ilustrasi kehidupan manusia purba, hingga pemutaran film yang menggambarkan proses terbentuknya peradaban di Bumi.

Situs Manusia Purba Sangiran diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada tanggal 7 Desember 1996.

Pembangunan Museum Sangiran: Jejak Kehidupan Manusia Purba

Museum Sangiran adalah salah satu destinasi penting yang menjadi saksi bisu jejak kehidupan manusia purba di Indonesia.

Daerah situs Sangiran yang terletak di Jawa Tengah ini merupakan pusat kehidupan manusia purba pada zaman prasejarah, dengan penemuan berbagai benda purbakala yang menjadi bukti nyata keberadaan manusia purba di wilayah tersebut. 

Usia artefak yang ditemukan di situs ini berkisar antara dua juta hingga 200.000 tahun yang lalu, yang hingga kini masih dapat ditemukan di area situs.

Awal Mula Penelitian dan Pengumpulan Fosil

Pada awalnya, penelitian tentang situs Sangiran dimulai dengan pengumpulan benda-benda purbakala yang ditemukan di sekitar daerah tersebut.

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam proses ini adalah Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan, yang mulai mengumpulkan hasil penelitian di rumahnya hingga tahun 1975.

Rumah Toto Marsono menjadi tempat penyimpanan sementara bagi fosil-fosil yang ditemukan, dan pada masa itu, tempat tersebut sudah mulai menarik perhatian banyak wisatawan yang ingin melihat lebih dekat penemuan-penemuan bersejarah ini.

Ide Membangun Museum

Melihat antusiasme masyarakat dan wisatawan yang datang untuk melihat koleksi fosil, muncul ide untuk membangun sebuah museum yang dapat menampung lebih banyak koleksi fosil serta memberikan fasilitas yang lebih baik untuk para pengunjung.

Pada tahun 1975, keputusan untuk membangun Museum Sangiran pun diambil.

Pembangunan Museum Sangiran

Museum Sangiran pertama kali dibangun pada tahun 1975 dengan luas sekitar 1.000 meter persegi. Letak museum tersebut berdekatan dengan Balai Desa Krikilan.

Namun, seiring dengan semakin banyaknya penemuan fosil dan tingginya minat wisatawan, kebutuhan akan sebuah bangunan yang lebih representatif pun semakin mendesak.

Oleh karena itu, pada tahun 1980, dibangunlah sebuah bangunan museum yang lebih besar dan lebih modern, dengan luas mencapai 16.675 meter persegi.

Dari luas total ini, bangunan yang diperuntukkan sebagai ruang museum sendiri memiliki luas sekitar 750 meter persegi.

Desain dan Fasilitas Museum

Museum Sangiran memiliki desain bangunan yang unik, yaitu berupa bangunan joglo yang mencerminkan budaya Jawa.

Bangunan ini terdiri dari berbagai fasilitas, antara lain ruang pameran yang menampilkan koleksi fosil-fosil purbakala, laboratorium untuk penelitian, aula untuk kegiatan edukasi, perpustakaan, ruang audio visual, mushola, serta area penyimpanan fosil yang terjaga dengan baik.

Museum ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya, seperti toilet, area parkir yang luas, dan toko souvenir yang menyediakan berbagai barang khas untuk para pengunjung.

Museum Sangiran bukan hanya sebagai tempat untuk menyimpan dan memamerkan fosil-fosil purbakala, tetapi juga sebagai sarana edukasi yang penting dalam mengenalkan sejarah kehidupan manusia purba kepada masyarakat luas.

Pembangunan museum ini merupakan upaya untuk melestarikan dan mengembangkan situs Sangiran yang kaya akan warisan sejarah, sekaligus memberikan wadah bagi penelitian dan pendidikan mengenai kehidupan manusia purba di Indonesia.

Dengan segala fasilitas dan koleksinya, Museum Sangiran terus menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dan peneliti yang tertarik dengan sejarah dan kebudayaan prasejarah.

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved