Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tradisi Boyolali

Sejarah Bakdan Sapi Tradisi Unik di Lereng Merapi Boyolali: Sapi-sapi Dikumpulkan untuk Silaturahmi

Kegiatan bakda sapi sebagai ungkapan syukur atas ternak yang dipelihara.  Tradisi ini berlangsung turun-temurun sejak lama.

|
Penulis: Tri Widodo | Editor: Rifatun Nadhiroh

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Desa Sruni, yang terletak di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Boyolali memiliki tradisi unik dan menarik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. 

Ialah tradisi Bakdan Sapi, yang dilakukan setiap tanggal delapan bulan Syawal, bertepatan dengan perayaan Lebaran Ketupat.

Acara Bakdan Sapi melibatkan seluruh warga Desa Sruni, yang mayoritas berprofesi sebagai petani sapi perah.

Dalam acara yang digelar di sepanjang jalan desa ini, hampir seluruh warga, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sapi, mengarak sapi-sapi mereka.

Diikuti oleh sekitar 500 ekor sapi, acara ini tidak hanya sekedar ritual tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Sruni, Jaman, tradisi Bakdan Sapi ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun, konon sudah ada sejak 1950-an.

Baca juga: Uniknya Tradisi Bakdan Sapi di Boyolali, Dirias hingga Disemprot Parfum Sebelum Sapi Bersilaturahmi

Para petani sapi terlebih dahulu mengadakan tradisi kupatan atau lebaran ketupat.

Setelah itu, mereka mengeluarkan sapi-sapi mereka untuk dimandikan, diberi wewangian, dan dikalungi dengan ketupat.

Proses ini diikuti dengan kirab sapi keliling kampung, bertemu dengan sapi-sapi lain yang ada di desa tersebut.

Tujuan utama dari tradisi ini adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan antarwarga Desa Sruni.

Dengan mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani sapi, khususnya sapi perah, tradisi Bakdan Sapi juga menjadi bentuk pengakuan atas hubungan yang erat antara masyarakat dengan hewan ternaknya.

"Tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan karena kami sebagai petani mayoritas atau 98 persen penduduk sini adalah petani dan berternak sapi terutama sapi perah," ungkap Jaman dalam wawancaranya dengan Boyolali.go.id pada Sabtu (29/4/2023).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Darmanto, pernah menyatakan bahwa tradisi Bakdan Sapi ini memiliki nilai budaya yang penting untuk dilestarikan. 

Menurut Darmanto pula, masyarakat Desa Sruni sangat menyatu dengan hewan ternaknya. Oleh karena itu, setiap tanggal 8 Syawal yang jatuh pada Lebaran Ketupat, mereka mengidentikkan perayaan ini dengan Bakdan Sapi.

Baca juga: Lucunya Jersey Persebi Boyolali Musim 2024-2025, Kulit Sapi Perah Ditonjolkan

"Tradisi ini diwujudkan dalam bentuk kirab agar sapi-sapi itu bahagia, sehingga nantinya mereka akan membalas dengan produksi susu yang melimpah, yang tentu saja berdampak positif bagi perekonomian warga," jelas Darmanto.

Darmanto juga berharap agar tradisi Bakdan Sapi ini dapat terus dilestarikan dan lebih dikembangkan, karena memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk kebudayaan tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat.

Melalui acara ini, warga juga dapat bersilaturahmi, saling berkenalan, dan saling belajar tentang cara merawat ternak sapi.

Semua itu akan berujung pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa Sruni.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved