Desa Pelem Boyolali
Sejarah Kisah Asal Usul Desa Pelem di Simo Boyolali yang Kini Berusia 1 Abad, Adakan Kirab Budaya
Peringatan 1 abad desa yang ada di pusat Kecamatan Simo ini digelar, Sabtu (10/5/2025). Peringatan ini dimulai dengan kirab budaya dari kantor desa
Penulis: Tri Widodo | Editor: Rifatun Nadhiroh
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Desa Pelem di Kabupaten Boyolali kini berusia tepat 100 tahun.
Peringatan 1 abad desa yang ada di pusat Kecamatan Simo ini digelar, Sabtu (10/5/2025).
Peringatan ini dimulai dengan kirab budaya dari kantor desa lama menuju lapangan desa Pelem.
Ribuan warga pun tumplek blek mengikuti jalannya kirab.
Nama penamaan Desa Pelem diambil dari sebuah pohon Pelem atau mangga raksasa yang menjulang tinggi.
Baca juga: Asal-usul Nama Desa Simo di Boyolali, Dipercaya Berasal dari Suara Ribuan Harimau Mengaum
Bambang Sri Surowo, Tokoh Masyarakat yang juga ketua panitia peringatan 1 Abad Desa Pelem mengaku memang tak ada catatan yang menyebutkan secara pasti penamaan Desa Pelem.
Hanya saja dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat, penamaan Pelem ini bersamaan dengan nama desa lainnya.
Dia mendapat cerita nama Desa Pelem dari penuturan kakeknya.
Bermula saat bangsawan yang berasal dari kerajaan Demak kelompok bangsawan itu datang untuk menyiarkan agama Islam ke wilayah Simo saat ini.
Penyebar agama Islam ini disebut warga sebagai wali.
"Penyebar agama ini lalu singgah di masyarakat. Tempat singgahnya para wali ini lalu dinamai Walen," tuturnya.
Desa Walen ini berada di sebelah barat pusat pemerintahan Kecamatan Simo.
Para wali ini kemudian berjalan ke arah timur.
Saat perjalanan ini para wali kemudian istirahat di bawah pohon beringin memukul canang yang di namakan bende.
Bunyi itu meyerupai gaungan harimau.
Baca juga: Akhir Kisah Maling Spesialis Bobol Rumah Kosong di Boyolali, Dibekuk Saat Sedang Santai di Rumahnya
Tidak lama kemudian ada sekelompok orang yang datang mencari bunyi.
Beberapa orang itu, kemudian menanyai para wali itu soal suara yang didengarnya yang menyerupai suara Singa.
Para wali pun kemudian balik bertanya ke beberapa orang itu.
"Sampean dari mana? (Kamu dari mana) tanya wali ke masyarakat itu," ujarnya.
Warga yang datang itu kemudian menjawab dari pedukuhan yang ada di bawah pohon besar.
Saat itu, perkampungan beberapa warga ini memang belum memiliki nama.
Sejak saat itu, perkampungan warga ini kemudian dinamai dengan pedukuhan Pelem.
Beberapa Dukuh yang kemudian menjadi satu dan membentuk pemerintahan desa.
Nama desa itu kemudian dinamai dengan Desa Pelem.
Kepala Desa Pelem, mengatakan Desa Pelem memiliki 31 RT. 4 Kadus dan 16 Dukuh.
"Luasnya kisaran 400an Hektar," tambahnya.
Jumlah penduduknya berkisar 7000 jiwa.
"Mayoritas mata pencaharian warga sebagai petani," pungkasnya.
(*)
Disebut Paling Rendah di Solo Raya, Gaji Anggota DPRD Solo Capai Rp43,2 Juta Per Bulan |
![]() |
---|
Cemerlang Berlogika, Siswa SMP ABBS Surakarta Berhasil Sabet Juara III Olimpiade Matematika |
![]() |
---|
Mantap! Belasan Perusahaan di Sukoharjo Raih TJSLP Awards 2025, Bupati Etik Ajak Perkuat Kolaborasi |
![]() |
---|
Kisah Apes Warga Karanganyar: Pulang Kerja Lalu Istirahat, Motor Raib Digondol Maling |
![]() |
---|
Viral MBG di Sragen Hanya Dapat Telur Secuil, Dapur MBG Karangpelem Kena Sidak Camat dan Muspika |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.