Klaten Bersinar
Klaten Hasilkan 67 Persen Sampah Organik, DLH: Kalau Diolah, TPA Troketon Bisa Bertahan 3 Tahun Lagi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Troketon, Desa Troketon, Kecamatan Pedan, Klaten tiap harinya menampung sekira 120 ton sampah dari berbagai penjuru wilayah.
Kenyataannya, 67 persen dari jumlah itu sebenarnya masih bisa diolah karena tergolong sampah organik, seperti sisa makanan, dedaunan, dan limbah rumah tangga.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten Srihadi, yang menyebut potensi besar tersebut masih belum dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat.
"Kita sudah melakukan kajian, kajian timbulan sampah hampir 67 persen itu sampah organik," terangnya.
"Sebenarnya bisa diolah untuk menjadi pupuk dan lain sebagainya. Iya, sebenarnya sebenarnya bisa (pengolahan) dilakukan di tingkat rumah tangga," imbuhnya.
Menurut Srihadi, jika masyarakat mulai memilah dan mengolah sampah organik dari rumah, usia pakai TPA Troketon bisa diperpanjang.
Baca juga: Soal Penanganan Sampah di Klaten, Bupati Hamenang Sebut Perlu Bergerak Bersama: Dari Hulu ke Hilir
"Kalau sampah organik bisa diolah (sebelum masuk TPA Troketon) masa pakainya bisa lebih panjang lagi sampai, 3 tahunan bisa," paparnya.
Saat ini, TPA diperkirakan hanya mampu menampung sampah untuk satu tahun ke depan jika pola buang sampah seperti sekarang terus berlanjut.
"Tapi ini berat (dilakukan) soalnya ini kan istilahnya merubah perilaku, merubah image dan terlebih lagi kondisi kepedulian masyarakat terhadap sampah itu kurang” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, DLH menyiapkan program bank sampah di tingkat RW, yang akan mulai digulirkan pada tahun 2026.
Program ini diharapkan dapat mendorong partisipasi warga dalam mengurangi volume sampah dari sumbernya.
Pihaknya berharap bank sampah di setiap RW bisa jadi solusi nyata. Namun hal tersebut harus dibarengi dengan kesadaran bersama.
DLH juga membuka ruang kolaborasi dengan untuk mempercepat sistem pengelolaan sampah.
Dengan tantangan volume sampah yang terus meningkat, Srihadi mengajak warga Klaten untuk ikut ambil bagian. (*)