Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Mie Ayam Gajah Mungkur yang Tersebar di Banyak Tempat, Wujud Solidaritas Pedagang Wonogiri

Merek dagang ini telah menjelma menjadi simbol mie ayam khas Wonogiri yang tersebar hampir di seluruh penjuru negeri.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Instagram@mieayam_gajahmungkur
KULINER LEGENDARIS WONOGIRI - Menu Mie Ayam and Bakso Gajah Mungkur Pak Karno di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Begini lho sejarah nama Gajah Mungkur yang terkenal sebagai merek bakso dan mie ayam. 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, dikenal sebagai daerah penghasil bakso dan mie ayam enak.

Uniknya ada satu ciri khas untuk menandai apakah bakso atau mie ayam tersebut benar dari Wonogiri atau bukan.

Jika Tribuners sering menjumpai penjual mie ayam dengan embel-embel nama Gajah Mungkur di berbagai sudut kota, khususnya di wilayah Jabodetabek, kamu tidak sendiri.

Baca juga: Sejarah Thiwul Ayu Mbah Marto, Salah Satu Rekomendasi Oleh-oleh di Karanganyar Jateng Sejak 1979

Merek dagang ini telah menjelma menjadi simbol mie ayam khas Wonogiri yang tersebar hampir di seluruh penjuru negeri.

Tapi bagaimana sebenarnya kisah di balik nama besar ini?

Asal Usul dari Wonogiri

Wonogiri, sebuah kabupaten di Jawa Tengah, sudah lama dikenal sebagai “gudangnya” penjual bakso dan mie ayam.

Salah satu identitas kuliner khas daerah ini adalah mie ayam Gajah Mungkur.

Nama ini diambil dari Bendungan Gajah Mungkur, ikon terkenal di daerah tersebut.

Meski tidak diketahui pasti siapa pelopor pertama yang menggunakan nama ini, banyak pihak menyebutkan Sumaryoto, seorang pengusaha dan tokoh masyarakat, sebagai inisiator yang mengangkat nama Gajah Mungkur ke kancah nasional.

Berkat semangat kekeluargaan, nama ini kini digunakan secara kolektif oleh para penjual mie ayam dari Wonogiri, seolah menjadi satu brand besar yang mengikat mereka dalam satu komunitas.

Baca juga: Sejarah Rambak Petis Khas Jagalan, Kuliner Legend Solo yang Eksis di Tengah Gempuran Snack Kekinian

Cita Rasa yang Sederhana dan Merakyat

Ciri khas mie ayam Gajah Mungkur terletak pada kesederhanaannya.

Hidangan ini terdiri dari mie kering yang direbus dan disajikan dengan topping ayam berbumbu potong dadu.

Minyak, kecap, garam, dan sedikit kaldu menjadi dasar bumbunya, dilengkapi dengan sawi rebus dan daun bawang.

Bagi penggemar rasa yang lebih komplet, biasanya mie ayam ini disajikan bersama bakso, pangsit rebus atau goreng, serta sambal dan saus.

Baca juga: Sejarah Bakmi Toprak Yu Nani, Kuliner Legendaris Solo yang Eksis Sejak 1955

Harganya pun ramah kantong—umumnya dijual dengan harga di bawah Rp15.000, membuatnya sangat populer di kalangan masyarakat dari berbagai lapisan.

Paguyuban Nasional yang Solid

Keunikan dari mie ayam Gajah Mungkur tak hanya terletak pada cita rasanya, tapi juga pada ikatan sosial di baliknya.

Ribuan pedagang mie ayam asal Wonogiri tergabung dalam Paguyuban Pedagang Mi dan Bakso Indonesia (Papmiso), sebuah organisasi berskala nasional yang diketuai oleh Sumaryoto Padmodiningrat.

Paguyuban ini bukan hanya menjadi wadah untuk berbagi informasi dan pengalaman, tapi juga telah menjadi semacam keluarga besar.

Mereka aktif mengadakan berbagai kegiatan seperti kumpul rutin, arisan, hingga pengelolaan koperasi yang mendukung para anggotanya dari sisi ekonomi.

Baca juga: Sejarah Kue Nagasari, Jajanan Tradisional yang Legendaris di Solo, Eksis Sejak Zaman Kerajaan Pajang

Pernah Diterpa Isu Miring

Popularitas mie ayam Gajah Mungkur sempat terganggu oleh sebuah isu tak sedap.

Pada tahun 2019, sebuah video viral menuduh salah satu penjual mie ayam menggunakan daging tikus.

Dalam video tersebut, seorang pelanggan mengklaim menemukan kepala tikus dalam mangkuknya.

Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, tuduhan tersebut terbukti tidak benar.

Baca juga: Sejarah Jadah Mbah Rajak, Jajanan Legendaris Sragen yang Sudah Ada Sejak Zaman Kemerdekaan

Kepala “tikus” yang dimaksud ternyata adalah potongan kepala ayam.

Kasus ini pun diklarifikasi sebagai hoaks, tetapi sempat memengaruhi kepercayaan publik terhadap brand mie ayam Gajah Mungkur.

Sebagai respons atas isu negatif tersebut, Papmiso mengadakan gerakan nasional bertajuk Gerakan Makan Mie Ayam Wonogiri pada 30 Juni 2019.

Ajakan ini ditujukan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen sekaligus mempererat solidaritas antar pedagang.

Masyarakat diajak untuk menikmati mie ayam Wonogiri di daerah masing-masing dan mengunggah foto-fotonya ke media sosial sebagai bentuk dukungan.

Gerakan ini pun berhasil mengangkat kembali nama baik mie ayam Gajah Mungkur di mata publik.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved