Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makam Belanda di Sragen

Jejak Tuan Kripel, Petinggi Pabrik Serat Nanas Asal Belanda di Sragen, Nisan Makamnya Kini Raib

Di lokasi tersebut, pernah berdiri makam seorang petinggi pabrik serat nanas asal Belanda, yang disebut warga sebagai Tuan Kripel.

TribunSolo.com/ Septiana Ayu
MAKAM BELANDA - Potret area pemakaman Belanda di Dukuh Gempol, Desa/Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jumat (1/8/2025). Terungkap sosok pria Belanda yang disemayamkan di lokasi tersebut. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN – Di balik sunyinya pemakaman umum Dukuh Gempol, Desa/Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, tersembunyi kisah masa lampau yang kini nyaris terhapus oleh waktu.

Di lokasi tersebut, pernah berdiri makam seorang petinggi pabrik serat nanas asal Belanda, yang disebut warga sebagai Tuan Kripel.

Namun kini, tak ada lagi nisan yang menandai keberadaannya.

Jejak sang penggede pabrik itu tinggal cerita yang diwariskan turun-temurun oleh keturunannya.

Makam yang diduga sebagai tempat peristirahatan terakhir Tuan Kripel berada di area yang oleh warga dikenal sebagai kompleks “makam Belanda.”

Di tengah pemakaman modern, makam-makam tua dengan nisan khas Eropa dan batu berbentuk persegi bisa terlihat, meski sebagian sudah rusak dan bahkan menghilang.

Salah satu saksi hidup sejarah itu adalah Sutikno (75), warga Desa Sambirejo, yang menyebut dirinya sebagai cicit dari Tuan Kripel.

Ia mengisahkan bahwa kakek buyutnya adalah seorang Belanda yang semasa hidupnya memimpin sebuah pabrik serat nanas yang dulunya berdiri megah di Desa Blimbing, tak jauh dari lokasi makam.

“Simbah saya yang perempuan asli Jawa, sedangkan kakek laki-laki yang orang Belanda, dimakamkan disitu, namanya Tuan Kripel,” jelasnya.

MAKAM BELANDA - Potret area pemakaman Belanda di Dukuh Gempol, Desa/Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jumat (1/8/2025). Terungkap sosok pria Belanda yang disemayamkan di lokasi tersebut.
MAKAM BELANDA - Potret area pemakaman Belanda di Dukuh Gempol, Desa/Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jumat (1/8/2025). Terungkap sosok pria Belanda yang disemayamkan di lokasi tersebut. (Tribun Solo / Septiana Ayu)

Menurut Sutikno, nisan makam Tuan Kripel dulu dibuat dari batu marmer berbentuk persegi.

Namun, karena dicuri orang puluhan tahun lalu, kini tak ada lagi penanda apapun di lokasi tersebut.

Ia menyayangkan hilangnya benda bersejarah itu karena kini keluarganya tak bisa lagi menunjukkan lokasi pasti makam leluhurnya.

“Cerita dari kakek saya, Tuan Kripel adalah penggede pabrik serat nanas, kalau bisa dikata Ketuanya ya simbah saya, kemudian bersama dengan simbah saya disini,” tambahnya.

Baca juga: Sejarah Tugu Pusaka Selogiri di Wonogiri, Menyimpan Tiga Pusaka Raden Mas Said Saat Melawan Belanda

Kini, tugu besar setinggi sekitar 1,5 meter yang berdiri tak jauh dari bekas lokasi makam, menjadi satu-satunya struktur yang masih menyimpan nuansa kolonial.

Namun, menurut Sutikno, bangunan itu bukan makam, melainkan sekadar tugu kenangan. Ia pun mengaku tidak ingat apa yang pernah tertulis pada permukaan tugu tersebut.

“Bukan makam, kalau makamnya ada di sekitar tugu tersebut, ada 4 atau 5 makam,” ujarnya.

Sutikno juga menjelaskan silsilah keturunannya.

Dari pernikahan antara Tuan Kripel dan istrinya yang asli Jawa, lahirlah seorang anak perempuan bernama Yatin, yang kemudian menikah dan memiliki empat anak. Anak pertama Yatin adalah ibu dari Sutikno. 

Kini, dari generasi ke generasi, ciri-ciri fisik warisan darah Belanda masih terlihat di keluarga ini.

“Saya dan adik saya rambutnya pirang. Orang-orang sini sering memanggil kami ‘Londo’, artinya orang Belanda,” ujarnya sambil tersenyum.

Kisah Tuan Kripel dan makamnya juga dikuatkan oleh Siswo Sudarto (79), warga setempat yang sejak kecil telah mengenal kompleks makam tersebut.

Menurutnya, dulunya ada lima makam Belanda di kawasan itu, lengkap dengan nisan-nisan marmer.

Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian nisan hilang karena diambil orang.

“Dulu kalau tidak salah ada 5 makam Belanda disini, ada yang sudah hilang juga, karena batu marmernya diambil orang,” terang Siswo.

Ia juga menyebut, saat dirinya masih kecil, makam-makam itu sudah ada, meskipun saat itu kondisinya masih jauh lebih utuh dibanding sekarang.

“Kalau saya makam siapa saja saya tidak ingat, waktu saya kecil sudah dibangun makam ini,” ujarnya.

Selain pabrik serat nanas, menurut warga, di kawasan Dukuh Gempol juga pernah berdiri pabrik kopi. Namun, jejaknya kini bahkan lebih samar.

“Pabrik kopi disini sudah tidak ada, sudah dibuat rumah warga, dulu masih ada bekasnya, kalau sekarang itu dipakai pemilik rumah untuk fondasi rumah,” jelas Sutikno.

Sementara itu, pabrik serat nanas yang dipimpin Tuan Kripel dulunya berada di Desa Blimbing, tepatnya di sebelah barat lapangan desa.

Sayangnya, bangunan itu pun kini sudah lenyap tanpa bekas.

“Kalau pabrik serat nanas lokasinya di Desa Blimbing, sebelah barat lapangan Blimbing, kalau sekarang juga tidak ada yang tersisa,” pungkasnya.

Mengenal Sambirejo. Kawasan Pegunungan dengan Warisan Sejarah dan Alam yang Memikat

Kecamatan Sambirejo merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Wilayah ini berada di sisi timur Kabupaten Sragen dan memiliki karakter geografis yang khas karena berada di lereng Pegunungan Kendeng Utara.

Letaknya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi di Provinsi Jawa Timur menjadikan Sambirejo sebagai kawasan strategis yang menjadi penghubung dua provinsi, sekaligus menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang unik.

Sambirejo terdiri dari 12 desa, di antaranya Desa Sambirejo, Blimbing, Gempol, dan Jambeyan.

Wilayah ini sebagian besar merupakan daerah perbukitan dan lahan pertanian, dengan mata pencaharian warga yang didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan rakyat.

Salah satu ciri khas Sambirejo adalah keberadaan makam-makam kuno Belanda yang tersebar di tengah pemakaman umum warga, seperti yang ada di Dukuh Gempol.

Di sana, jejak masa kolonial masih dapat ditemukan, termasuk kisah petinggi pabrik serat nanas asal Belanda yang dimakamkan di kawasan itu.

Tak hanya dikenal karena peninggalan sejarah, Sambirejo juga menyimpan potensi wisata alam.

Beberapa lokasi seperti area perbukitan dan jalur-jalur pendakian ringan kerap dijadikan tempat berkemah oleh pelajar maupun komunitas pencinta alam lokal.

Sementara dari segi pendidikan dan infrastruktur, Sambirejo memiliki sejumlah sekolah dasar dan menengah, serta akses jalan yang relatif baik meski sebagian masih berupa jalan desa.

Pembangunan infrastruktur terus dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen guna mendukung mobilitas dan pertumbuhan ekonomi warga.

Dengan penduduk yang menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan tradisi, Sambirejo juga aktif dalam kegiatan budaya seperti bersih desa, sedekah bumi, dan pentas kesenian rakyat seperti ketoprak dan karawitan.

Keberadaan Sambirejo sebagai kawasan yang menyimpan perpaduan antara nilai historis dan kekayaan alam menjadikannya sebagai salah satu daerah potensial yang masih menunggu untuk dikembangkan lebih lanjut, baik di sektor wisata sejarah, budaya, maupun agrowisata.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved