Wisata di Sukoharjo
Sejarah Makam Ki Ageng Balak di Bendosari Sukoharjo, Pertama Kali Dibuka Pada 1924
Negeri yang tadinya makmur (gemah ripah loh jinawi) dilanda berbagai bencana: gagal panen, serangan hama wereng, dan wabah penyakit.
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Makam Ki Ageng Balak yang berlokasi di Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, dianggap sakral bagi sebagian masyarakat Jawa dan menjadi tujuan ziarah yang ramai dikunjungi.
Menurut keterangan juru kunci makam, Heri Purnomo, kompleks makam ini pertama kali dibuka pada tahun 1924.
Informasi tersebut berasal dari penuturan seorang peziarah yang kala itu berusia lebih dari seratus tahun.
Sejarah Ki Ageng Balak sendiri memiliki berbagai versi.
Ada yang meyakini beliau merupakan seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit, sementara versi lain menyebut beliau sebagai pendiri Desa Mertan yang semasa hidupnya selalu mengajarkan kebaikan dan berbagi kepada sesama.
Hal inilah yang membuat banyak orang datang berziarah, bahkan ada yang menetap beberapa hari di area makam.
Para peziarah biasanya tidur di tempat terbuka, beralaskan tikar yang disewakan.
Versi yang paling populer menyebut bahwa Ki Ageng Balak adalah Raden Sujono, putra Prabu Brawijaya V. Di Keraton Majapahit, Raden Sujono menjabat sebagai pradot agung (hakim agung) yang bertugas menegakkan hukum.
Suatu ketika, ia meninggalkan keraton secara diam-diam setelah menolak perintah sang ayah untuk menikah.
Dalam pengembaraannya, Raden Sujono sempat dihadang dua perampok bernama Simbarjo dan Simbarjoyo.
Namun, keduanya kalah dan akhirnya memilih mengabdi sebagai abdi dalem Raden Sujono.
Sementara itu, setelah kepergian Raden Sujono, keadaan Majapahit berubah drastis.
Negeri yang tadinya makmur (gemah ripah loh jinawi) dilanda berbagai bencana: gagal panen, serangan hama wereng, dan wabah penyakit.
Prabu Brawijaya V pun memohon petunjuk kepada Sang Hyang Widi, dan mendapat jawaban bahwa satu-satunya orang yang bisa memulihkan keadaan adalah Raden Sujono.
Baca juga: Sejarah Es Kapal Minuman Khas Solo yang Masih Eksis Hingga Kini, Harganya Ramah di Kantong
Raja kemudian mengirim pasukan untuk mencari dan membawanya pulang.
Meski menolak kembali ke keraton, Raden Sujono memberikan saran dan petunjuk untuk mengatasi krisis.
Berkat nasihat itu, Majapahit perlahan kembali pulih.
Dari kisah inilah muncul keyakinan bahwa makam Raden Sujono, atau Ki Ageng Balak, memiliki tuah khusus bagi mereka yang mencari solusi atas masalah hidup.
Hingga kini, banyak peziarah datang dengan harapan memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan persoalan mereka.
(*)
Sejarah Rasamadu Heritage Dulunya Pabrik Gula Disulap Jadi Destinasi Wisata di Sukoharjo |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Wisata Tersembunyi di Sukoharjo Jateng, Nikmati Hutan Sejuk dan Telaga Menenangkan |
![]() |
---|
Bendung Colo Nguter Sukoharjo Jadi Pilihan Nikmati Sore Hari, Bendungan di Atas Sungai Bengawan Solo |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Wisata Alam di Sukoharjo Jateng yang Sajikan View Indah, Nikmati Suasana Pegunungan |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Wisata Religi di Sukoharjo Jateng : dari Ziarah hingga Mengunjungi Masjid Bersejarah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.