Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Wisata di Boyolali

Sejarah Umbul Tlatar Pemandian di Boyolali, Ada Peran Ki Ageng Wonokusumo Seorang Wali Penyiar Islam

Berawal dari keresahan sang wali terhadap nasib pertanian dan ketersediaan air bagi warga Catur, Kecamatan Sambi, di masa lalu.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TribunSolo.com/Tri Widodo
WISATA DI BOYOLALI - Salah satu pemandian di Obyek Wisata Tlatar Boyolali mulai diserbu warga, Rabu (1/9/2021). 

TRIBUNSOLO.COM - Salah satu tempat pemandian yang terkenal di Boyolali adalah Umbul Tlatar.

Di balik kesejukannya, Umbul Tlatar menyimpan kisah legenda yang mengaitkan sumber air ini dengan perjalanan spiritual seorang wali, Ki Ageng Wonokusumo.

Berawal dari keresahan sang wali terhadap nasib pertanian dan ketersediaan air bagi warga Catur, Kecamatan Sambi, di masa lalu.

Dikisahkan saat itu, Ki Ageng Wonokusumo yang merupakan seorang wali yang menyebarkan agama Islam di wilayah Sambi bagian barat resah dengan kondisi lahan pertanian masyarakat.

Saat kemarau datang, tak banyak aktivitas pertanian yang bisa dikerjakan masyarakat.

Baca juga: Asal Usul Bukit Sekipan di Tawangmangu Karanganyar, Konon Jadi Tempat Berburu Para Pangeran

Ancaman kelaparan karena tak adanya sumber mata air yang bisa digunakan untuk mengolah lahan pertanian kerap terjadi.

Selain itu, Ki Ageng Wonokusumo juga kesulitan mendapatkan air untuk bersuci sebelum melaksanakan salat di Masjid Tiban.

Melihat kondisi ini, Ki Ageng Wonokusumo tak bisa tinggal diam.

Wali itu kemudian berjalan menuju gunung Merbabu untuk meminta petunjuk ke Ki Ageng Pantaran supaya ada sumber air yang bisa digunakan untuk bersuci dan menyuburkan tanah pertanian warga Catur dan sekitarnya.

Oleh Ki Ageng Pantaran, Wonokusumo atau yang disebut Ki Ageng Wonotoro diminta untuk melakukan tirakat selama 40 hari 40 malam di Sipendok, salah satu sumber mata air di gunung Merbabu.

"Setelah tirakat selama 40 hari itu, Ki Ageng Wonotoro diminta kembali ke Wonotoro," kata Suripto, salah satu tokoh masyarakat di Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, Kamis (15/9/2022).

Namun, lanjutnya, selama perjalanan kembali ke Wonotoro, Ki Ageng Pantaran mewant-wanti agar tak menoleh kebelakang.

Apapun yang terjadi, Ki Ageng Wonokusumo jangan pernah sedikitpun menoleh ke belakang.

Baca juga: Rumah Jokowi di Solo Didatangi Rombongan Berpakaian Putih dari Kabupaten Semarang,Gelar Doa Bersama

Pantang itu pun terus dijaga selama perjalanan kembali. Setiap ada 'godaan' Ki Ageng Wonokusumo bisa melaluinya.

Akan tetapi, sesampainya di wilayah Tlatar, godaan untuk menoleh kebelakang yang diterima Ki Ageng Wonotoro semakin besar.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved