Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makan Bergizi Gratis di Sragen

Ada Dugaan Sebabkan Ratusan Siswa Sragen Alami Keracunan Akibat MBG, SPPG Gemolong Minta Maaf

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah memicu kasus dugaan keracunan di Sragen

|

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Penanggung Jawab Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Gemolong, Kabupaten Sragen, Arifudin Setiawan menyampaikan permintaan maaf kepada siswa, guru, hingga warga Kabupaten Sragen.

Permintaan maaf itu disampaikan usai ratusan siswa di Kecamatan Gemolong mengalami gejala keracunan.

"Berkaitan dengan musibah ini, saya sebagai penanggung jawab mohon maaf sebesar-besarnya, terutama kepada adik-adik yang terkena musibah, dan keluarga, serta kepada seluruh masyarakat Gemolong dan Kabupaten Sragen," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (13/8/2025).

"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas nama tim, kami bukan ada niatan sengaja, kami sudah sepenuh hati bagaimana program ini bisa berjalan, mungkin memang ada keteledoran," tambahnya.

Arifudin juga menyampaikan permintaan maaf kepada Badan Gizi Nasional (BGN).

"Kami belum bisa sesuai harapan dengan BGN untuk menjaga eksistensi, sehingga bukannya memperingan tugas BGN, tapi menambah beban BGN, sehingga BGN terkesan kurang profesional, jadi segala apa yang terjadi ini, murni kesalahan saya sebagai pimpinan dan atas nama tim kami, kami mohon maaf sebesar-besarnya," ucapnya.

DUGAAN KERACUNAN - Suasana posko SPPG di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (12/8/2025). Seratusan siswa SD dan SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diduga mengalami keracunan. Mereka mengeluhkan mual, pusing, hingga diare, usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG).
DUGAAN KERACUNAN - Suasana posko SPPG di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (12/8/2025). Seratusan siswa SD dan SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diduga mengalami keracunan. Mereka mengeluhkan mual, pusing, hingga diare, usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). (TribunSolo.com/ Septiana Ayu)

Ia menuturkan bahwa musibah tersebut, baru ia ketahui pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.

Arifudin sempat mengira bahwa para siswa tersebut mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan MBG di hari tersebut.

Namun, ternyata gejala itu dirasakan usai para siswa menyantap menu MBG kemarin, pada Senin (11/8/2025).

"Penyebabnya yang menyebabkan kejadian tersebut kami belum tahu, karena menu tersebut bukan menu pertama kali, jadi menu itu sudah berulang kali kita sajikan, karena itu adalah satu satu menu favorit anak-anak," terangnya.

"Itu yang disukai anak-anak, jadi banyak sekali request besok minta dimasakin apa, selama kita mampu, kita konsultasikan ke ahli gizi di SPPG, ketika bisa dilayani, tentu saja akan kita penuhi," sambungnya.

Menurutnya, sampel nasi kuning hingga telur yang disajikan pada hari Senin telah diambil untuk dicek di Laboratorium Kesehatan.

Ia menambahkan sejak beroperasi pada Februari 2025, higienitas di dapur SPPG miliknya selalu dipantau 24 jam oleh ahli gizi dan SPPI.

"Mereka memantau aktivitas dapur selama 24 jam, dari prosesnya sore sekitar jam 14.00 WiB, bahan baku masuk, diterima untuk yang sudah kering masuk gudang, basah dipisahkan, jam 23.p0 WON kemudian masak, jam 00.00 WIB sampai jam 03.00 WIB, begitu dimasak harus didinginkan terlebih dahulu, jam 07.00 WIB mulai didistribusikan," jelasnya.

Ia dan timnya sudah melakukan evaluasi, dan menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab dugaan keracunan itu bisa terjadi.

Apabila sudah diketahui, maka pihaknya tentu tidak akan melakukan hal yang sama lagi, sehingga kasus serupa tidak terulang di kemudian hari. 

Program Makan Bergizi Gratis di Sragen Dimulai 17 Februari 2025

Pemerintah Kabupaten Sragen resmi memulai pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Senin, 17 Februari 2025, setelah sebelumnya melalui tahap uji coba pada Januari 2025.

Program ini menyasar peserta didik mulai dari tingkat TK/RA hingga SMP/MTs di wilayah Kabupaten Sragen.

Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan sejumlah media lokal, pada hari pertama pelaksanaan, sebanyak 5.274 porsi makanan dibagikan ke berbagai sekolah penerima.

Distribusi dilakukan secara serentak di seluruh kecamatan, dengan pengawasan ketat untuk memastikan kualitas dan gizi makanan sesuai standar.

Sebelum resmi diluncurkan, uji coba program telah dilakukan pada Sabtu, 11 Januari 2025 di SDN 3 Sragen.

Uji coba ini menguji kelayakan proses mulai dari pengadaan bahan, pengolahan, hingga distribusi makanan.

Sebanyak 321 paket makanan bergizi dibagikan saat uji coba tersebut.

Rentetan Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis Terjadi di Soloraya Sepanjang 2025

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah beberapa kali memicu kasus dugaan keracunan massal di wilayah Soloraya sepanjang 2025.

Data yang dihimpun menunjukkan setidaknya tiga insiden besar terjadi di Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen dengan ratusan siswa terdampak.

Baca juga: Awal Mula Guru Ikut Jadi Korban Keracunan Menu MBG di Sragen, Boleh Santap Jatah Siswa Tak Masuk

Kasus terbaru terjadi di Gemolong, Sragen, pada Senin (11/8/2025). Sekitar 100 siswa SD dan SMP mengalami gejala mual, pusing, dan diare setelah menyantap menu MBG di sekolah.

Meski kondisi mereka tergolong ringan, Dinas Kesehatan Sragen menyiapkan posko kesehatan 24 jam di Puskesmas Gemolong untuk memantau perkembangan.

Polsek, Dinkes, dan Pemkab Sragen turut menangani insiden tersebut secara cepat.

Sebelumnya, pada April–Mei 2025, delapan siswa di Gondangrejo, Karanganyar, juga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu soto ayam dan ayam suir.

Hasil laboratorium menunjukkan makanan terpapar mikroorganisme berbahaya akibat disiapkan sejak malam dan disajikan terlambat pada pagi hari.

Korban mendapat perawatan di Puskesmas Gondangrejo, sementara pemerintah daerah memperketat SOP pengelolaan MBG melalui pelatihan juru masak oleh BPOM dan Badan Gizi Nasional.

Insiden pertama di tahun ini tercatat pada 16 Januari 2025 di Sukoharjo.

Puluhan siswa mengalami mual, pusing, dan muntah setelah menyantap ayam tepung, sayur, buah naga, dan susu dalam program MBG.

Badan Gizi Nasional mengungkapkan penyebab keracunan adalah kesalahan teknis pengolahan ayam yang kurang matang.

Makanan sisa segera ditarik dan diganti menu baru sesuai prosedur.

Apa Itu SPPG?

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) adalah unit pelaksana yang dibentuk pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memproduksi dan mendistribusikan makanan bergizi, terutama dalam rangka menjalankan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Secara sederhana, SPPG bisa disebut sebagai “dapur umum gizi” yang dirancang dengan standar kebersihan, keamanan pangan, dan komposisi gizi tertentu.

Setiap SPPG biasanya dilengkapi fasilitas memasak skala besar, peralatan distribusi, tenaga dapur terlatih, serta sistem logistik untuk menyalurkan makanan ke sekolah, pesantren, panti asuhan, atau kelompok rentan lainnya.

Fungsi utama SPPG antara lain:

  • Menyiapkan makanan bergizi sesuai standar gizi nasional.
  • Menyalurkan makanan ke penerima manfaat di wilayah kerjanya.
  • Menggunakan bahan pangan lokal untuk mendukung petani dan UMKM setempat.
  • Memastikan kualitas dan keamanan pangan melalui prosedur pengawasan ketat.

Saat ini, ribuan SPPG telah beroperasi di seluruh Indonesia, dibangun dengan dukungan mitra swasta, organisasi masyarakat, dan lembaga keagamaan.

Pemerintah menargetkan SPPG menjadi tulang punggung distribusi makanan bergizi bagi jutaan anak sekolah dan masyarakat.

Mengenal Gemolong, Sragen: Kota Kecil dengan Peran Besar di Jalur Utara Jawa Tengah

Gemolong, salah satu kecamatan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dikenal sebagai pusat perekonomian dan transportasi yang strategis di jalur penghubung Solo–Purwodadi.

Dengan letaknya yang berada di bagian barat laut Sragen, wilayah ini menjadi titik persinggahan penting bagi masyarakat yang bepergian antar-kabupaten di Jawa Tengah.

Kecamatan Gemolong terdiri dari sejumlah desa dan kelurahan yang memiliki karakter beragam, mulai dari kawasan padat penduduk di pusat kota hingga wilayah pertanian di pinggiran.

Pasar Gemolong menjadi ikon ekonomi setempat, menjadi pusat perdagangan harian yang ramai sejak dini hari hingga malam.

Berbagai komoditas, mulai dari hasil pertanian, produk UMKM, hingga kebutuhan sehari-hari, tersedia di pasar ini.

Selain sektor perdagangan, Gemolong juga memiliki sektor pendidikan yang berkembang.

Terdapat sejumlah sekolah negeri dan swasta, mulai dari tingkat dasar hingga menengah, yang menjadi rujukan warga Sragen dan sekitarnya. 

Keberadaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan klinik turut mendukung kebutuhan layanan masyarakat.

Dari sisi budaya, Gemolong masih mempertahankan tradisi Jawa yang kental.

Berbagai acara adat, kesenian lokal seperti wayang kulit, hingga kegiatan keagamaan rutin, menjadi bagian dari kehidupan warga.

Dengan perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan penduduk, Gemolong kini tidak hanya menjadi kota kecamatan biasa, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi yang mempengaruhi wilayah sekitarnya.

Pemerintah daerah terus mendorong pembangunan di sektor perdagangan, infrastruktur jalan, serta pemberdayaan UMKM untuk meningkatkan daya saing kawasan ini di tingkat regional.

(*)

 

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved