Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Penelantaran Kucing di Solo

Penitipan Hewan di Solo Telantarkan Kucing, Ada Temuan Puluhan Bangkai Terbungkus di Dalam Freezer

Clow Kota Solo mendapatkan keterangan dari pemilik bahwa ada sekitar 89 mayat kucing yang disimpan di freezer.

Istimewa
TELANTARKAN KUCING - Komunitas Cat Lovers in The World (Clow) Kota Solo mendatangi sebuah rumah di Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Kota Solo yang sebagai tempat penitipan hewan pada Senin (11/8/2025) lalu. Mereka pun terkejut saat menemukan puluhan kucing dalam kondisi memprihatinkan lantaran ditelantarkan oleh HS, pemilik penitipan hewan tersebut. Puluhan mayat kucing dibungkus plastik dan disimpan di dalam freezer oleh pemilik penitipan hewan di Jebres Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Komunitas Cat Lovers in The World (Clow) Kota Solo menemukan puluhan kucing dalam kondisi memprihatinkan di sebuah rumah di Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

Rumah tersebut diketahui sebagai tempat penitipan hewan pada Senin (11/8/2025) lalu.

Namun, kucing-kucing tersebut ditelantarkan oleh HS, pemilik penitipan hewan tersebut.

Perwakilan Clow Kota Solo, Ning Hening Yulia mengatakan, mereka tak hanya menemukan kucing dengan kondisi memprihatinkan. 

Dirinya juga mendapatkan keterangan dari pemilik bahwa ada sekitar 89 mayat kucing yang disimpan di freezer.

Komunitas Cat Lovers in The World (Clow) Kota Solo mendatangi sebuah rumah
TELANTARKAN KUCING - Komunitas Cat Lovers in The World (Clow) Kota Solo mendatangi sebuah rumah di Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Kota Solo yang sebagai tempat penitipan hewan pada Senin (11/8/2025) lalu. Mereka pun terkejut saat menemukan puluhan kucing dalam kondisi memprihatinkan lantaran ditelantarkan oleh HS, pemilik penitipan hewan tersebut. Puluhan mayat kucing dibungkus plastik dan disimpan di dalam freezer oleh pemilik penitipan hewan di Jebres Solo.

Sebelum disimpan di freezer, mayat-yat kucing tersebut dibungkus dengan plastik terlebih dahulu.

"Nah, kalau jumlah pengakuan dia, pada Februari itu pernah meletakkan mayat kucing di freezer sampai 89 ekor," urainya. 

"Alasannya, karena susah dan malas untuk memakamkan satu persatu kucing. Jadi dibiarkan berkumpul dulu nanti di kubur masal," imbuh Hening.

Baca juga: Puluhan Kucing Terlantar Hingga Mati Ditemukan di Penitipan Solo, Pemilik Diduga Gelapkan Donasi

Bahkan saat dievakuasi oleh komunitas tersebut, pada Selasa malam kemarin masih terdapat 3 mayat kucing yang ternyata masih disimpan freezer oleh HS.

"Tadi malam dia mengaku bahwa sebenarnya di freezer masih ada mayat 3. Dan itu saya minta untuk kami kuburkan tadi malam," pungkasnya.

Cat Lovers in The World (CLOW), Komunitas Penolong Ribuan Kucing Terlantar

Komunitas Cat Lovers in The World (CLOW) menjadi salah satu organisasi penyelamat kucing jalanan terbesar di Indonesia. 

Berdiri pada 9 Oktober 2016, komunitas ini didirikan oleh Wahyu Winono atau akrab disapa “Bimbim”, dengan misi menolong kucing tanpa memandang lokasi maupun latar belakang.

Berawal dari sebuah grup Facebook pada Juli 2016, CLOW berkembang menjadi komunitas berbadan hukum pada Maret 2017. Kini, pusat kegiatannya berada di Parung, Bogor, Jawa Barat, melalui fasilitas Rumah Singgah CLOW yang menampung ribuan kucing sakit dan terlantar.

Shelter utama CLOW memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi, dibagi dalam area khusus untuk kucing sakit, hamil, disabilitas, anak kucing, serta kucing sehat siap adopsi.

Data 2022 menunjukkan, sedikitnya 1.250 kucing—terdiri dari 350 anak kucing dan 900 kucing dewasa—dirawat di enam shelter yang dikelola CLOW.

Operasional harian melibatkan lebih dari 36 perawat, tiga staf administrasi, dan menghabiskan 50 kilogram makanan kering setiap hari.

Pendanaan komunitas ini berasal dari donasi publik, keanggotaan, serta program “orang tua asuh” bagi kucing yang dititipkan.

Biaya operasional tahunan diperkirakan mencapai Rp300 juta, mencakup gaji karyawan, pakan, perawatan medis, dan pemeliharaan shelter.

Selain fokus di Bogor, CLOW juga memiliki cabang relawan di Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. Mereka pernah terlibat dalam misi penyelamatan hewan di lokasi bencana, seperti pasca-erupsi Gunung Semeru.

CLOW juga menjalankan kampanye sterilisasi, edukasi, dan program adopsi untuk mengendalikan populasi kucing jalanan.

Kasus Penganiayaan Kucing di Solo Raya pada 2025

Beberapa waktu lalu, aksi keji terhadap hewan kembali mencuat di Sukoharjo.

Seorang pedagang pakaian berinisial S di Pasar Ir. Soekarno, Kabupaten Sukoharjo, resmi ditetapkan sebagai tersangka usai melempar seekor kucing dari lantai dua pasar hingga tewas.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu, 26 Februari 2025.

Menurut keterangan saksi, pelaku mengaku terganggu karena kucing tersebut mengendus kakinya.

Tanpa pikir panjang, ia langsung mengangkat dan melemparkan kucing itu dari ketinggian lantai dua pasar.

Kucing malang itu jatuh menimpa jeruji pagar tajam.

Luka yang dihasilkan sangat parah, hingga organ dalamnya keluar.

Meski sempat dibawa ke klinik hewan untuk dioperasi, nyawanya tak tertolong.

Kejadian ini langsung memicu kemarahan komunitas pecinta hewan.

Kasus ini kemudian viral di media sosial dan menuai kecaman luas dari publik.

Mengenal Lokasi Tegalharjo, Jebres

Tegalharjo merupakan salah satu dari 11 kelurahan yang berada di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Dengan luas wilayah sekitar 32,50 hektare dan ketinggian antara 80 hingga 100 meter di atas permukaan laut, kawasan ini memiliki karakter khas sebagai wilayah perkotaan yang berkembang pesat di sektor jasa dan perdagangan.

Secara geografis, Kelurahan Tegalharjo berbatasan dengan Kelurahan Gilingan di utara, Kepatihan Wetan di selatan, Kepatihan Kulon di barat, serta Jebres dan Purwodiningratan di timur.

Berdasarkan data Pemerintah Kecamatan Jebres, pada 2020 Tegalharjo dihuni oleh sekitar 5.123 jiwa yang tersebar dalam 1.447 kepala keluarga.

Pembagian administratif kelurahan ini meliputi enam Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun Tetangga (RT), dengan sembilan kampung atau topomini, antara lain Kandangsapi, Purbowardayan, Trunosutan, Kepunton, Pantisari, Kradenayon, Kacangan, Nanasan, dan Posanan.

Sebagai kawasan perkotaan, Tegalharjo tidak memiliki banyak lahan pertanian.

Warga umumnya memanfaatkan pekarangan untuk menanam tanaman hias, tanaman obat keluarga (TOGA), atau memelihara unggas. 

Kehidupan masyarakat di wilayah ini bersifat heterogen, baik dari segi sosial, budaya, pendidikan, maupun ekonomi.

Selain menjadi pusat aktivitas ekonomi, Tegalharjo juga memiliki sejumlah fasilitas publik, salah satunya Taman Tegalharjo yang menjadi ruang terbuka hijau untuk rekreasi warga.

Taman ini menawarkan jalur pejalan kaki, area hijau, dan suasana yang nyaman meskipun berada di tengah kawasan padat.

Kelurahan ini juga dikenal melalui inisiatif sosial seperti program “Kampung Tanpa Rokok”, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas udara bersih dan kesehatan lingkungan.

Gerakan ini menjadi salah satu ciri khas Tegalharjo dalam membangun budaya hidup sehat di kawasan perkotaan.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved