Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makan Bergizi Gratis di Sragen

4 dari 6 Siswa di Sragen yang Dirawat di RS Pasca Keracunan MBG Kini Sudah Diperbolehkan Pulang

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah memicu kasus dugaan keracunan di Sragen

TribunSolo.com/ Septiana Ayu
DUGAAN KERACUNAN - Suasana posko SPPG di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (12/8/2025). Seratusan siswa SD dan SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diduga mengalami keracunan. Mereka mengeluhkan mual, pusing, hingga diare, usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Empat dari 6 siswa di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen yang dirawat inap di rumah sakit karena diduga mengalami keracunan usai santap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) kondisinya mulai membaik.

Hal itu disampaikan oleh Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong, Kinik Darsono.

DUGAAN KERACUNAN - Suasana posko SPPG di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (12/8/2025). Seratusan siswa SD dan SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diduga mengalami keracunan. Mereka mengeluhkan mual, pusing, hingga diare, usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG).
DUGAAN KERACUNAN - Suasana posko SPPG di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (12/8/2025). Seratusan siswa SD dan SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diduga mengalami keracunan. Mereka mengeluhkan mual, pusing, hingga diare, usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). (TribunSolo.com/ Septiana Ayu)

Menurutnya, kondisi kesehatan empat siswa tersebut sudah normal, dan tidak lagi mengalami diare, pusing, maupun mual.

"Total yang masuk di IGD RSUD Gemolong ada 13, yang dirawat inap sampai saat ini ada 6 orang, dan hari ini kami tadi, kami pastikan dengan cek satu persatu, kelihatannya yang 4 orang sudah bisa pulang," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (14/8/2025).

"Kalau yang empat sudah bisa pulang, kondisinya yang empat ini sudah benar-benar normal, makan sudah normal, tidak mual, tidak muntah, tidak diare, dan tidak pusing," sambungnya.

Baca juga: UPDATE Kasus Dugaan Keracunan MBG di Gemolong Sragen : Jumlah Korban Jadi 365 Orang

Lanjutnya, dua siswa lainnya belum belum pulang, karena baru dirawat pada Rabu (13/8/2025) sore dan malam kemarin.

"Ada 2 yang belum bisa pulang, yang datang kemarin sore dan tadi malam, itu memang kami pertahankan untuk observasi, setidaknya sampai besok," jelasnya.

Ia menambahkan para siswa yang periksa ke rumah sakit, memang disarankan untuk rawat inap, untuk mengantisipasi dan memantau kondisi siswa.

"Tapi, memang kami infus semuanya, kekhawatiran kami, kalau mual, muntah, kemudian diare tidak kita infus, nanti kalau dehidrasi," jelasnya.

Enam siswa yang dirawat inap, terdiri dari 4 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki. 

Program Makan Bergizi Gratis di Sragen Dimulai 17 Februari 2025

Pemerintah Kabupaten Sragen resmi memulai pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Senin, 17 Februari 2025, setelah sebelumnya melalui tahap uji coba pada Januari 2025.

Program ini menyasar peserta didik mulai dari tingkat TK/RA hingga SMP/MTs di wilayah Kabupaten Sragen.

Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan sejumlah media lokal, pada hari pertama pelaksanaan, sebanyak 5.274 porsi makanan dibagikan ke berbagai sekolah penerima.

Distribusi dilakukan secara serentak di seluruh kecamatan, dengan pengawasan ketat untuk memastikan kualitas dan gizi makanan sesuai standar.

Sebelum resmi diluncurkan, uji coba program telah dilakukan pada Sabtu, 11 Januari 2025 di SDN 3 Sragen.

Uji coba ini menguji kelayakan proses mulai dari pengadaan bahan, pengolahan, hingga distribusi makanan.

Sebanyak 321 paket makanan bergizi dibagikan saat uji coba tersebut.

Rentetan Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis Terjadi di Soloraya Sepanjang 2025

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah beberapa kali memicu kasus dugaan keracunan massal di wilayah Soloraya sepanjang 2025.

Data yang dihimpun menunjukkan setidaknya tiga insiden besar terjadi di Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen dengan ratusan siswa terdampak.

Baca juga: Awal Mula Guru Ikut Jadi Korban Keracunan Menu MBG di Sragen, Boleh Santap Jatah Siswa Tak Masuk

Kasus terbaru terjadi di Gemolong, Sragen, pada Senin (11/8/2025). Sekitar 100 siswa SD dan SMP mengalami gejala mual, pusing, dan diare setelah menyantap menu MBG di sekolah.

Meski kondisi mereka tergolong ringan, Dinas Kesehatan Sragen menyiapkan posko kesehatan 24 jam di Puskesmas Gemolong untuk memantau perkembangan.

Polsek, Dinkes, dan Pemkab Sragen turut menangani insiden tersebut secara cepat.

Sebelumnya, pada April–Mei 2025, delapan siswa di Gondangrejo, Karanganyar, juga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu soto ayam dan ayam suir.

Hasil laboratorium menunjukkan makanan terpapar mikroorganisme berbahaya akibat disiapkan sejak malam dan disajikan terlambat pada pagi hari.

Korban mendapat perawatan di Puskesmas Gondangrejo, sementara pemerintah daerah memperketat SOP pengelolaan MBG melalui pelatihan juru masak oleh BPOM dan Badan Gizi Nasional.

Insiden pertama di tahun ini tercatat pada 16 Januari 2025 di Sukoharjo.

Puluhan siswa mengalami mual, pusing, dan muntah setelah menyantap ayam tepung, sayur, buah naga, dan susu dalam program MBG.

Badan Gizi Nasional mengungkapkan penyebab keracunan adalah kesalahan teknis pengolahan ayam yang kurang matang.

Makanan sisa segera ditarik dan diganti menu baru sesuai prosedur.

Apa Itu SPPG?

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) adalah unit pelaksana yang dibentuk pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memproduksi dan mendistribusikan makanan bergizi, terutama dalam rangka menjalankan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Secara sederhana, SPPG bisa disebut sebagai “dapur umum gizi” yang dirancang dengan standar kebersihan, keamanan pangan, dan komposisi gizi tertentu.

Setiap SPPG biasanya dilengkapi fasilitas memasak skala besar, peralatan distribusi, tenaga dapur terlatih, serta sistem logistik untuk menyalurkan makanan ke sekolah, pesantren, panti asuhan, atau kelompok rentan lainnya.

Fungsi utama SPPG antara lain:

  • Menyiapkan makanan bergizi sesuai standar gizi nasional.
  • Menyalurkan makanan ke penerima manfaat di wilayah kerjanya.
  • Menggunakan bahan pangan lokal untuk mendukung petani dan UMKM setempat.
  • Memastikan kualitas dan keamanan pangan melalui prosedur pengawasan ketat.

Saat ini, ribuan SPPG telah beroperasi di seluruh Indonesia, dibangun dengan dukungan mitra swasta, organisasi masyarakat, dan lembaga keagamaan.

Pemerintah menargetkan SPPG menjadi tulang punggung distribusi makanan bergizi bagi jutaan anak sekolah dan masyarakat.

Mengenal Gemolong, Sragen: Kota Kecil dengan Peran Besar di Jalur Utara Jawa Tengah

Gemolong, salah satu kecamatan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dikenal sebagai pusat perekonomian dan transportasi yang strategis di jalur penghubung Solo–Purwodadi.

Dengan letaknya yang berada di bagian barat laut Sragen, wilayah ini menjadi titik persinggahan penting bagi masyarakat yang bepergian antar-kabupaten di Jawa Tengah.

Kecamatan Gemolong terdiri dari sejumlah desa dan kelurahan yang memiliki karakter beragam, mulai dari kawasan padat penduduk di pusat kota hingga wilayah pertanian di pinggiran.

Pasar Gemolong menjadi ikon ekonomi setempat, menjadi pusat perdagangan harian yang ramai sejak dini hari hingga malam.

Berbagai komoditas, mulai dari hasil pertanian, produk UMKM, hingga kebutuhan sehari-hari, tersedia di pasar ini.

Selain sektor perdagangan, Gemolong juga memiliki sektor pendidikan yang berkembang.

Baca juga: Ada Dugaan Sebabkan Ratusan Siswa Sragen Alami Keracunan Akibat MBG, SPPG Gemolong Minta Maaf

Terdapat sejumlah sekolah negeri dan swasta, mulai dari tingkat dasar hingga menengah, yang menjadi rujukan warga Sragen dan sekitarnya. 

Keberadaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan klinik turut mendukung kebutuhan layanan masyarakat.

Dari sisi budaya, Gemolong masih mempertahankan tradisi Jawa yang kental.

Berbagai acara adat, kesenian lokal seperti wayang kulit, hingga kegiatan keagamaan rutin, menjadi bagian dari kehidupan warga.

Dengan perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan penduduk, Gemolong kini tidak hanya menjadi kota kecamatan biasa, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi yang mempengaruhi wilayah sekitarnya.

Pemerintah daerah terus mendorong pembangunan di sektor perdagangan, infrastruktur jalan, serta pemberdayaan UMKM untuk meningkatkan daya saing kawasan ini di tingkat regional.

(*)

 

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved