TRIBUNSOLO.COM - Tinggal satu hari lagi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 akan digelar serentak di seluruh daerah di Indonesia.
Besok, Rabu (17/4/2019), seluruh rakyat Indonesia akan berbondong ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk menyalurkan hak suaranya.
Jelang Pemilu 2019, Budayawan Sujiwo Tejo menyampaikan pesan dan harapannya untuk para pemilih.
Ia mengibaratkan pemilih dengan sebutan "KITA di atas kita".
Dijelaskan oleh Sujiwo Tejo melalui cuitan di akun Twitternya, Selasa (16/4/2019), "KITA di atas kita" memiliki derajat lebih tinggi dari "kita".
• Datangi Bawaslu, TKN Jokowi-Maruf Amin Laporkan Dugaan Kecurangan Pemilu di Sydney
Yakni, bukan kita yang merasa sakit kalau disakiti, tetapi kita yang tahu dan paham bahwa kita disakiti walau tak turut merasa sakit.
Sujiwo Tejo lantas menyebutkan bahwa siapa pun nanti yang akan menang dalam Pemilu 2019, suasana akan tetap damai.
"Semoga yg besok mencoblos bukan kita, tapi “KITA di atas kita”, bukan kita yang merasa sakit kalau disakiti, tapi KITA yang tahu/paham bahwa kita disakiti walau tak turut merasa sakitnya.
Maka siapa pun pemenang dari pemilu oleh “KITA di atas Kita”, suasana akan tetap damai," cuitnya.
• Tes Kepribadian - Kamu Tipe Teman yang Menyenangkan atau Menyebalkan? Cari Tahu Jawabannya di Sini
Pada cuitan selanjutnya, Sujiwo Tejo mengibaratkan "KITA di atas kita" sebagai sebuah mobil dan sopirnya.
Keduanya, kata Sujiwo, merupakan satu kesatuan perjalanan hidup.
Misalkan ban terkena paku, maka ban itulah yang akan merasakan sakit.
Sebaliknya, sopir hanya tahu bahwa bannya terkena paku, tetapi tidak ikut merasakan sakit.
Begitu pun dengan pemilih di Pemilu yang akan terselenggara esok hari, Rabu (17/4/2019).
Sujiwo Tejo berharap siapa pun yang akan memakai hak suaranya bukanlah ban, melainkan si sopir.
• Ani Yudhoyono Dikunjungi Putra dan Menantu, Ibas Sebut Wajah Sang Ibu Tampak Segar dan Cerah
“KITA di atas kita” ibarat mobil dan sopirnya.
Keduanya satu kesatuan perjalanan hidup.
Ban sakit ketika terkena paku.
Sopir tahu bannya terkena paku, tapi tak ikut merasa sakitnya.
Semoga yang besok mencoblos di TPS bukan ban, tapi si sopir," imbuhnya.
Lebih lanjut, kata Sujiwo Tejo, "KITA di atas kita" tidak terpengaruh oleh kampanye.
Ia bahkan menyebut hal itu dengan mata batin.
"KITA di atas kita" bagi Sujiwo Tejo ibarat termometer, sebuah alat pengukur demam yang tidak boleh ikut demam karena disebabkan oleh kampanye dan lain sebagainya.
"Kita terpengaruh oleh kampanye, media dll.
“KITA di atas kita” tidak. Itulah Manon. Itulah mata batin.
“KITA di atas kita” ibarat Termometer, peranti pengukur demam ini tak boleh ikutan demam yg disebabkan oleh kampanye dll," tulisnya.
• Keluarga Presiden Jokowi Bakal Mencoblos di TPS Nomor 38 Manahan Banjarsari Solo
Sujiwo Tejo juga menekankan bahwa "termometer" tersebut bukan berarti tidak menggunakan hak suaranya alias golput.
Bagi Sujiwo Tejo, kalau mereka memiliki rasa akan kegolputannya, maka itu bukan "termometer".
Sebab "termometer" tidak bisa mengukur demam kalau ikutan demam.
Pun dengan "KITA di atas kita" juga tidak bisa mengukur rasa kalau ikut merasakan.
"Golput belum tentu “termometer” dalam makna “KITA di atas kita”.
Kalau mereka masih punya rasa dgn kegolputannya, misal rasa bangga dll, ya bukan “termometer”.
Termometer tak bisa mengukur demam kalau ikutan demam ~
“KITA di atas kita” tak bisa mengukur rasa kalau ikut merasa," cuit Sujiwo Tejo.
(*)