TribunSolo.com menjajal langsung ketiga aplikasi tersebut dan terbukti Maxim yang paling murah.
Untuk tarif dasar yakni Rp 3.000 dengan jarak terdekat.
Sementara Gojek dan GrabĀ (tarif minimum per pesanan) Rp 9.000.
Dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 tahun 2019 yang merupakan turunan atas Permenhub 12/2019 ada dua komponen penyusun tarif ojek online.
Yaitu biaya langsung yang ditetapkan oleh Kemenhub dan biaya tidak langsung yang ditetapkan aplikator dengan besaran maksimal 20% dari total biaya langsung.
Kemenhub menyusun tarif langsung berdasarkan zonasi:
- Zona I (Sumatra, Jawa, Bali kecuali Jabodetabek): Rp 1.850-2.300 per km dengan biaya minimal Rp 7.000-10.000
- Zona II (Jabodetabek): Rp 2.000-2.500 per km dengan biaya minimal Rp 8.000-10.000
- Zona III (Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan lainnya): Rp 2.100-2.600 dengan biaya minimal Rp 7.000-10.000.
Soal perbandingan tarif dasar antara tiga provider ojol ini pun menuai komentar netizen.
Di akun Instagram @soloinfo yang memposting video demo driver ojol, Senin (16/12/2019), netizen mengomentari tarif Maxim yang terlalu murah.
"Harusnya memang seperti itu. Maxim harus ikut PP ttg tarif dasar. Klo ada y ngomong "dl gojek/ grab jg ribut ma ojek pangkalan Krn tarif lebih murah". Iyaa itu dl. Sblm dikeluarkanny PP ttg tarif. N skr....Maxim muncul stlh diberlakukan peraturan. Jd harusny Maxim jg mengikuti aturan y sdh ada. G bisa jg bilang "masih permulaan / babat alas jd murah". Peraturan sdh ada jd seharusnya lah setiap pelaku ojol mengikuti aturan yg ada. Kasian jg driver Maxim klo tarifny trll murah," tulis seorang netizen.
"Sekedar cerita lur.,. Mbok menowo ono sing komen,...aq pisanan numpak gojek rego 3rb wes diterke jarak 4km.,. Trus tau numpak becak ming jarak ra ono 1km bayar 20rb.,. Kui nang daerah solo lur.,. Tukang becake yo do ra demo nang kantor gojek loh bien kae.,. Iki ming crito ojo di nakali loh aq ndak nangis ngko," tulis lainnya.
Tentang Maxim
Maxim sendiri dikenal sebagai perusahaan yang mengembangkan aplikasinya sendiri dan menciptakan sistem perangkat keras dan perangkat lunak yang memungkinkan mitra-mitranya terhubung ke layanan perusahaan.
Maxim juga memproses jutaan pesanan setiap hari, memantau kinerja dan kualitas layanan, serta menganalisis dan mengoptimalkan bisnis yang mereka jalankan.
Di Indonesia, Maxim pertama kali beroperasi pada 2018.
Layanan transportasi Maxim saat ini sudah tersebar di Pekanbaru, Batam, Bandar Lampung, Yogyakarta, Solo, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Bali, dan lain-lain.
Maxim menyebut diri sebagai perusahaan pencipta solusi teknologi, layanan transportasi variatif tak hanya terbatas pada taksi atau ojek.
Maxim telah beroperasi di lebih dari 455 kota di 13 negara, termasuk di Rusia, Belarus, Kazakhstan, Georgia, Bulgaria, Tajikistan, Azerbaijan, Iran, Kirgizstan, Italia, Ukraina, Indonesia, dan Malaysia sejak 2014 lalu. (Ryan/Hanang)