Setelah itu, tidak begitu lama ada kelompok organisasi yang mengirim pesan WhatsApp (WA) pada anaknya Z.
Adapun pesan WA tersebut, intinya berisi masalah azab bagi yang tidak berhijab dan konsekuensi muslim yang tidak berhijab.
"Awalnya saya anggap wajar karena tumbuh kembang anak," papar AP.
Namun tidak berhenti, justru setiap hari nomor dari organsasi tersebut terus mengirimkan pesan serupa.
Anaknya Z kemudian bercerita pada dirinya tentang teror tersebut dan disarankan untuk memblokir nomor organisasi tersebut.
Namun, setelah diblokir ternyata masih banyak nomor lain yang masuk mengirimkan pesan untuk Z agar berhijab.
"Terakhir, saya mengajak ketemuan nomor yang mengintimidasi anak saya untuk berbicara agar mencari sumber masalah dan solusinya biar semua enak," papar AP.
"Tapi jawabannya luar biasa bagi saya, katanya ketemu tapi tidak tahu dalil untuk apa," jelas dia.
"Justru saya malah disuruh ketemu guru PAI," terang AP menegaskan.
Anak organisasi tersebut juga malah menantang untuk melihat saat di akhirat nanti.
Orang yang mengirimkan pesan WA pada Z juga meminta agar tidak membawa masalah ini ke sekolah karena ini tetang agama.
"Sejak kapan tidak boleh membawa masalah ke sekolah, ini harus diselesaikan di sekolah," papar AP.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Gemolong Parmono mengatakan, persoalan itu sudah diselesaikan oleh pihak sekolah.
"Sudah bertemu semua dan diselesaikan," papar Paranono.
Pihaknya menyatakan bahwa pesan tersebut hanya mengingatkan untuk Z mengenakan hijab.
Orang tua, perwakilan organisasi dan pihak sekolah sudah bertemu dan membicarakan hal tersebut.
Dikatakan, intinya tidak ada paksaan untuk berhijab di sekolah, namun sekolah hanya mengajak.
"Sekolah juga tidak mewajibkan, semuanya tidak ada paksaan dari sekolah," papar Parmono. (*)