TRIBUNSOLO.COM - Balita bernama Bilqis Choirun Nisa, yang masih berumur 3,5 bulan, setiap hari harus menghirup pekatnya asap kendaraan di Kota Semarang.
Diketahui sang ayah, Nurul Mukminin (46), yang bekerja sebagai sopir angkot trayek Johar-Mangkang terpaksa membawa bayinya saat mencari nafkah.
• Cerita di Balik Kisah Nurul Sopir Angkot Bawa Bayi Saat Bekerja, Ingin Sang Anak Hafidzah Al Quran
Sedangkan Ibunda Bilqis, Ariani Dwi Setyowati (21), telah meninggal pada November 2019 lalu.
"Saya terpaksa mengajak bayi saya bekerja. Kalau saya tinggal sendirian di rumah tidak mungkin. Sempat saya titipkan ke tetangga untuk mengasuh Bilqis tapi saya tidak kuat membayar, " kata Nurul Mukminin, Jumat (7/2/2020).
Nurul sudah mengajak bayinya bekerja selama sebulan terakhir.
Meski membawa bayi membuatnya lebih repot saat narik angkot, dia mengaku tidak ada pilihan lain.
Keputusan itu tidak jarang membuat Nurul menerima banyak cibiran, baik dari tetangga maupun penumpang.
Mereka menganggap Nurul kejam sebab tega membawa bayi yang masih mungil bekerja.
"Malah ada yang bilang ke saya, tega sekali bayi merah segitu diajak narik angkot. Namun mau bagaimana lagi, keadaan tidak memungkinkan. Tentu setiap orangtua tidak menginginkan kondisi seperti ini, begitu pun saya, " jelasnya.
Di sisi lain, banyak pula orang yang simpati dan menaruh rasa kasihan kepada Nurul dan bayinya.
Beberapa penumpang sampai meneteskan air mata melihat Bilqis yang tergolek di kursi depan.
• Disangka Meninggal, Pria di Semarang Masih Hidup meski Terpental Ditabrak Kereta saat Tertidur Pulas
Terkadang ada pula penumpang yang memberikan uang lebih saat membayar. Ketika akan dikembalikan oleh Nurul mereka menolak.
"Bahkan pernah ketika sedang salat maghrib di daerah Johar, saya letakkan bayi di sebelah saya. Baru rakaat pertama bayi saya menangis. Saat itu ada seorang ibu yang selesai sholat langsung sigap menenangkan anak saya agar tidak menangis," kenangnya.
Kepedulian itu membuat Nurul langsung menitikkan air mata di dalam ibadah.
Perantau asal Bengkulu ini merasa terharu karena di Semarang masih banyak orang yang peduli sesama.