Berita Sukoharjo Terbaru

Selain Covid-19, Jumlah Kasus DBD di Sukoharjo Juga Meroket, Hingga Pekan ke-24 Ada 105 Kasus

Penulis: Mardon Widiyanto
Editor: Agil Trisetiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pasien Demam Berdarah Dengue (DBD).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO – Pandemi virus Corona sedang menjadi perhatian khusus hampir semua kalangan karena jumlah kasusnya terus meningkat.

Namun, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo juga dipusingkan dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang juga mengalami lonjakan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati mengatakan, hingga pekan ke-24 ini, sudah 105 kasus DBD yang ditemukan.

Buntut 1 Orang yang Meninggal Positif Corona & Sekampung Dikarantina, Begini Pengakuan DKK Sukoharjo

Bantu Masyarakat Terdapak Pandemi, Seniman Sanggar Bromastra Jualan Konten Youtube dan Galang Dana

Angka ini melonjak hampir 3 kali lipat jika dibandingkan total kasus DBD pada tahun 2019.

"Total kasus tahun lalu saja hanya 35 kasus DBD," kata Yunia.

Kasus DBD ini merata di 12 Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

Dari sebarannya sendiri, kasus DBD paling banyak di temukan di Kecamatan Sukoharjo sebanyak 18 kasus, Kecamatan Bendosari sebanyak 16 kasus, Kecamatan Nguter sebanyak 13 kasus.

Kemudian Kecamatan Baki dan Polokarto, masing-masing ditemukan 9 kasus DBD.

Kecamatan Mojolaban sebanyak 8 kasus, Kecamatan Grogol dan Gatak masing-masing 7 kasus, Kecamatan Weru sebanyak 6 kasus.

Kabar Gembira, Anak-anak dan Ibu Hamil Bisa Liburan ke Jurug Lagi, Begini Penjelasan Wali Kota Solo

Terungkap, Begini Modus Kasus Korupsi Alat Kesehatan RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen

Lalu Kecamatan Tawangsari dan Kartasura masing-masing sebanyak 5 kasus, dan Kecamatan Bulu 2 kasus.

Yunia mengatakan, meningkatnya kasus DBD ini disebabkan karena angka bebas jentiknya sangat rendah, yaitu dibawah 80 persen.

“Ini menjadi perhatian kita juga, jadi kepada masyarakat selain cuci tangan mari kita budayakan lagi PSN dan 3M,” himbaunya.

Tak Dihadri Mahasiswa, UNDIP Semarang Siapkan Robot Wakili Wisudawan Saat Wisuda

Yunia mengatakan, penyakit DBD dan Corona tidak bisa menjadi satu kesatuan penyakit, karena jalurnya berbeda.

“Kalau dari penyakit yang diserang beda, DBD dari gigitan nyamuk ke tubuh virusnya lewat darah.” jelasnya.

“Kalau corona lewatnya droplet, dia terhirup masuk ke saluran pernafasan, dan merusak jaringan paru,” terangnya. (*)

Berita Terkini