Update Gunung Merapi

Sampai Hari Ini, Warga Satu Desa di Klaten Belum Mau Mengungsi, Padahal Berjarak 5 Km dari Merapi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan Gunung Merapi dari kawasan objek wisata Kali Talang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kondisi Gunung Merapi masih bergejolak sampai hari ini, Minggu (29/11/2020).

Pada kondisi ini, warga desa yang rawan terdampak letusan Gunung Merapi sudah diminta untuk mengungsi.

Di Klaten sudah ada dua desa yakni Desa Tegalmulyo dan Desa Balerante yang ikut untuk mengungsi di tempat yang disediakan Pemerintah Klaten.

Baca juga: Potret Harimau Hitam Langka India Tertangkap Kamera Seorang Fotografer Amatir, Begini Penampakannya

Baca juga: Ini Janji Gibran Bila Terpilih: UMKM di Solo Naik Kelas, Anak Muda Berwirausaha, Bikin Creative Hub

Namun, ternyata tidak semua warga desa yang mau diajak untuk mengungsi.

Sekretaris BPBD Klaten, Nurcahyo mengatakan, sampai saat ini ada warga di satu desa yang belum mau untuk mengungsi.

Warga satu desa tersebut yakni warga Desa Sidorejo.

"Kami masih melakukan pendekatan untuk warga desa tersebut," papar Nurcahyo dihubungi TribunSolo.com, Minggu (29/11/2020).

Ia menambahkan, pihaknya telah melakukan pendekatan ke warga Sidorejo secara persuasif.

"Untuk sementara, warga Desa Sidorejo belum melakukan evakuasi diri, dan kami saat ini sedang lakukan pendekatan ke warga dengan cara mengajak," jawab Nur, Minggu (29/11/2020).

Sementara itu, terkait kondisi warga Desa Tegalmulyo dan Desa Balerante di masing-masing Tempat Evakuasi Sementara (TES)  terpantau sehat.

"Kondisi pengungsi Merapi di Kedua desa saat ini terpantau dalam kondisi sehat, " kata Nur.

Sementara itu, Kades Sidorejo Gatot Winarso membenarkan warganya di kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi belum turun.

Ia menambahkan, saat ini pihaknya bersama Pemkab Klaten melakukan pendekatan kepada warga secara persuasif.

"Warga kami di KRB III Merapi sampai saat ini belum mengungsi, untuk alasan lebih jelasnya  bisa tanyakan langsung ke warga saja," singkatnya

Pos Pantauan Merapi Induk Balerante : Lokasi Penting Sebar Informasi, Sempat Terbakar karena Erupsi

Pos Pantauan Merapi Induk Balerante adalah lokasi yang digunakan untuk memantau aktivitas Gunung Merapi. 

Pos pantauan itu berlokasi di Dusun Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. 

Untuk diketahui, Gondang merupakan dusun paling ujung yang berdekatan dengan puncak Gunung Merapi kurang lebih berjarak 5,78 kilometer.

Berdirinya Pos Pantauan Merapi Induk Balerante diinisiasi Agus Sarnyata dan kawan-kawannya.

Baca juga: Kakek 90 Tahun Tolak ke Barak Pengungsi, Sempat Berkilah ke Relawan : Kalau Merapi Erupsi Saya Lari

Baca juga: Masih Ada Warga Lereng Merapi yang Belum Mengungsi, Pemkab Klaten Edukasi Ingatkan Risikonya

Ide pendirian pos pantuaan tersebut bermula dari letusan awal Gunung Merapi 13 Mei 2006.

Saat itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) sudah memutuskan menaikkan status Gunung Merapi menjadi awas. 

Status kebencanaan tersebut diberlakukan hingga 9 Juni 2006.

Namun, warga lereng Gunung Merapi saat itu masih santai menanggapi kenaikan status kebencanaan itu. 

Agus cs kemudian berinisiatif melakukan pendampingan untuk meningkatkan kesadaran warga atas kondisi Gunung Merapi.

Tidak lebih dari 10 orang, Agus cs tanpa ragu mendampingi warga lereng Gunung Merapi di Dusun Gondang.

Mereka pun hanya mengandalkan peralatan seadanya, seperti Handy Talky (HT) yang sudah uzur. 

Kurang lebih ada 4 yang digunakan Agus cs untuk mendampingi warga ketika mereka beraktivitas selama status kebencanaan di level awas. 

Beberapa warga lereng Gunung Merapi juga dibekali Agus cs dengan HT seadanya.

Itu supaya mempermudah penyebaran informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

Namun, mereka tetap saja kewalahan lantaran warga saat itu tidak begitu antusias.

Untuk koordinasi pendampingan warga, bangunan joglo yang berada di kompleks rumah Agus dimanfaatkan.

Baca juga: Salurkan Bantuan Rp 1 Miliar ke Pengungsian Merapi, Doni Monardo : Jangan Sampai Tertular Covid-19

Baca juga: Gunung Merapi Berstatus Siaga, Doni Monardo : Informasi Perkembangan Hanya Disampaikan BPPTKG

Seiring berjalannya waktu, pendampingan tersebut menarik minat warga luar Dusun Gondang.

Minat itu muncul seusai mereka mendengar langsung penyebaran informasi melalui frekuensi HT di 149.070 MHz.

Warga luar Dusun Gondang kemudian silih berganti datang melihat kondisi Pos Pantauan Merapi Induk Balerante yang saat itu masih tampak sederhana.

Jumlah orang yang membantu pemantauan Gunung Merapi dan pendampingan warga perlahan bertambah.

Runtuhnya Geger Boyo sekira Juni 2006 menjadi momen warga mulai memahami pentingnya informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

Saat mengetahui Geger Boyo runtuh, Agus cs langsung menginformasikan ke warga terdekat dengan puncak Gunung Merapi untuk mengungsi.

Warga kemudian mengungsi termasuk dari Dusun Gondang. Jumlah korban dapat diminimalisir pada waktu itu.

Pos Pemantauan Terbakar

Tahun 2008, pralatan di Pos Pantauan Merapi Induk Balerante diperbarui.

Agus cs mendapat bantuan perlatan pemantauan, termasuk komputer dari sejumlah instansi.

Bantuan peralatan pemantauan sangat membantu mereka ketika memantau aktivitas Gunung Merapi.

Tak terkecuali, saat erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010.

Status kebencanaan Gunung Merapi awas kemudian diberlakukan hingga 5 November 2010.

Erupsi tahun itu juga memberikan dampak terhadap Pos Pantauan Merapi Induk Balerante.

Rumah joglo yang biasa buat pemantauan Gunung Merapi terbakar hangus tak bersisa.

Alat-alat pemantauan juga ludes dilalap jago merah.

Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Tak ayal, pemantauan kemudian dipindahkan ke pos cadangan yang telah disiapkan pemerintah desa setempat.

Perlahan-lahan lokasi yang dijadikan Pos Pantauan Merapi Induk Balerante dibangun kembali.

Tahun 2012, rumah joglo yang dulu buat pemantauan berubah menjadi rumah berpondasi batako.

Sampai saat ini, rumah tersebut digunakan untuk Pos Pantauan Merapi Induk Balerante.

Peralatan yang ikut terdampak juga diperbarui. Sejumlah pihak turut membantu pembaruan alat-alat. (*)

Berita Terkini