Berita Sragen Terbaru

Cerita Tulusnya Petani di Sragen, Rela Jadi Pengatur Lalu Lintas di Perlintasan KA Tanpa Palang

Penulis: Rahmat Jiwandono
Editor: Ryantono Puji Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang relawan sedang mengatur arus lalu lintas di jalur kereta api yang tidak mempunyai palang pintu di Dukuh Ngebuk, Desa Candirejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Rahmat Jiwandono

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Sedikitnya enam orang petani di Sragen menjadi sukarelawan untuk mengatur lalu lintas di jalur kereta api yang belum terpasang palang pintu kereta.

Keenam orang itu antara lain Gunadi, Sungkono, Sugiman, Jono, Slayer, dan Sajimin. 

Mereka berjaga di sebuah perlintasan rel kereta api, tepatnya di Dukuh Ngebuk, Desa Candirejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. 

Baca juga: Aksi Penembakan Mobil Pengusaha Tekstil Solo, Warga Mengaku Bergidik: Ditembaki dari Jarak Dekat

Baca juga: Video Viral Kampanye Cabup Sukoharjo Etik Suryani Tuai Protes, Ini Klarifikasi Pihak Etik

Seorang penjaga perlintasan, Sajimin (52) mengaku melakukan hal itu atas nama kemanusiaan. 

"Kami mau membantu mengatur lalu lintas di sini karena banyak kendaraan lewat dan rawan tertabrak kereta karena belum ada palang pintu. Sehingga rawan kecelakaan," papar dia saat ditemui Tribunsolo.com, Rabu (2/12/2020). 

Menurut Sajimin, mereka rela melakukan hal seperti itu tanpa mendapat upah sepeser pun.

"Kami tidak ada yang membayar. Ini murni ingin menolong, ikhlas lahir batin," katanya.

Ia mengatakan, dalam satu hari, setiap orang akan bertugas mengatur lalu lintas selama tiga jam. 

"Saya sendiri biasanya berjaga dari pukul 07.00 sampai 10.00 WIB," kata Sajimin. 

Sehari-harinya, para suka relawan ini bekerja sebagai petani. 

Seperti diketahui, pada Selasa (1/12/2020) malam sebuah mobil Honda Mobilio ringsek akibat ditabrak kereta api di perlintasan tersebut. 

Kronologi Kejadian

Kecelakaan antara mobil vs kereta api terjadi di perlintasan tanpa palang pintu di Desa Ngebuk, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Selasa (1/12/2020) malam.

Lantas seperti apa kronologinya?

Ya, dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, jika tragedi nahas itu menimpa mahasiswi yang tengah menyeberang perlintasan kereta api tanpa palang pintu sekitar pukul 20.00 WIB.

Mobil jenis Honda Mobilio tersebut dikendarai mahasiswi bernama Anisa Dwi Sintawati (18) warga Desa Brojol, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen.

Namun saat tengah menyeberang, tiba-tiba mobil berwarna silver metalik itu mengalami mogok.

Saat itu tiba-tiba datanglah kereta dengan kecepatan tinggi, sehingga terjadi tabrakan yang tidak terhindarkan.

Beruntung mobil terpental bersama pengemudi ke selokan sehingga tidak terseret.

Saking kerasnya benturan, warga berhamburan keluar rumah dan berbondong-bondong berusaha menyelamatkan.

Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Begini Kondisi Gunung Merapi Terbaru, yang Sama-sama Dipantau Selama Ini

Baca juga: Kabar Duka dari Sragen : Gadis yang Ditabrak Bus Eka Ugal-ugalan Meninggal, Sempat Koma 2 Hari di RS

Manajer Humas PT KAI Daop VI Yogyakarta, Supriyanto membenarkan, ada mobil yang tertabrak kereta api di Gemolong.

"Benar malam tadi, tidak ada korban jiwa," ungkapnya kepada TribunSolo.com.

Dikatakan, gadis pengendara Mobilio tersebut beruntung bisa selamat meskipun mobilnya rusak parah tertabrak kereta penumpang yang tengah melintas.

"Biasanya dijaga warga katanya, tetapi infonya kok itu tidak," jelas dia.

Adapun saat itu mobil yang dikendarai seorang diri gadis asal Miri Sragen terkoyak dan mengalami rusak parah karena tertabrak hingga terlempar ke drainase sedalam tiga meter.

Bagian samping kanan depan mobil remuk, kaca pecah dan bagian lain penyok tak beraturan.

Bahkan beredar kabar lanjut dia, pengendara mobil tersebut tiba-tiba mengalami kejadian tidak terduga yakni kendaraannya mogok.

"Infonya gitu, tapi belum dipastikan," ungkapnya.

Adapun beberapa menit setelah kejadian ambulans dan tim medis datang.

Sementara polisi melakukan evakuasi dan olah TKP yang disaksikan puluhan warga sekitar.

Tewas Buru-buru Kerja

Ibu muda NH (25) yang diduga terburu-buru berangkat ngantor tewas tertabrak kereta api, Sabtu (28/11/2020).

Kejadian nahas tersebut terjadi di perlintasan rel tanpa palang pintu di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, korban yang merupakan pekerja pabrik itu mengendarai Honda Supra bernomor polisi AD-3444-KS.

Saat itu wanita beranak satu itu tengah berangkat bekerja dan terlihat terburu-buru.

Baca juga: Bayi 2 Tahun Asal Bekasi Meninggal saat diajak Ibunya Mengemis di Pasar Bantargebang

Baca juga: Permintaan Kartu Kuning Membludak, Dinas Tenaga Kerja Karanganyar: Masyarakat Kebiasaan Mendadak  

Menurut Kepala Sentral Pelayanan Kepolisan Terpadu (KSPKT) Polsek Kebakkramat, Aiptu
Yani Agus Muryanto kejadian tersebut terjadi pada pukul 06.00 WIB.

Korban adalah NH, ibu muda yang baru berumur 25 tahun.

"Kejadian itu waktu lalu lintas tidak terlalu ramai," kata dia.

Dirinya menuturkan kejadian berlangsung sangat cepat dan hanya ada satu orang yang  menjadi saksi.  

Bahkan informasinya korban tidak sabar menunggu kereta.

"Karena sepinya jadi tidak ada yang memantau atau mengawasi kejadian di rel tak berpalang itu," ujarnya.

Dari kesimpulan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan bahwa sang korban tidak menabrak bagian depan kereta namun sisi belakangnya. 

"Korban tersebut tidak ditabrak pada bagian depan, tapi pada bagian ekor kereta dan tersangkut sehingga jasad dan motor korban terseret hingga ratusan meter," jelasnya. 

Hal tersebut juga berdasarkan bentuk fisik korban yang hanya mengalami luka di bagian kepala akibat terbentur badan rel. 

"Kalau semisal ditabrak dari depan kondisi fisik sudah hancur lebur pastinya," ujarnya. 

Adapun jenazah langsung dibawa ke RSUD Karanganyar dan langsung dibawa pulang oleh keluarga setelahnya. 

"Itu penanganan disana dan disemayamkan oleh keluarganya di rumahnya di Desa Gaum, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar," terbangnya. (*)

Berita Terkini