Diusianya yang kini memasuki 71 tahun, Mbah Projo pantang untuk meminta-minta.
Bahkan dirinya terlihat semangat untuk bekerja dan menghidupi adiknya yang memiliki keterbatasan.
Setelah selesai mengurus keperluan adiknya itu, Mbah Projo kembali meneruskan mencari nafkah pada malam hari.
"Malam saya lanjut lagi, sampai jam 21.00. Kalau malam tidak pasti tempatnya. Asal ada emperan ya saya berhenti," imbuhnya.
Di usianya kini, mbah Projo masih memiliki tanggung jawab yang besar lantaran harus mengurus adik perempuannya.
Baca juga: Diguyur Hujan Abu Merapi, Jalanan di Jombang Boyolali Tertutup Abu Setebal Nyaris 1 Cm, Bikin Licin
Pilihan itu harus ia jalani lantaran adiknya kini membuthkan bantuan dirinya untuk bertahan hidup.
Tangan terampilnya itulah yang menghidupi dirinya bersama adik tercintanya melalui reparasi jam tangan dari satu trotoar ke trotoar yang lain.
Tak jarang dirinya kerap ditegur oleh Satpol PP agar menutup lapaknya tersebut.
Namun, Mbah Projo selalu meminta agar diberikan kelonggaran untuk tetap membuka jasa reparasi jam tangan tersebut.
"Ditanya, lama gak buka lapaknya. Saya jawab hanya dua jam saja. Ya syukurnya gak permah diusir, malah merasa kasihan," ujar Mbah Projo.
Harapan Mbah Projo tidak lah muluk-muluk, ia hanya ingin agar bisa bertahan hidup dan terus bisa mencari nafkah untuk mengurus adik tercintanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Mbah Projo 71 Tahun, Keliling Jalanan Yogyakarta Pagi dan Malam, Buka Jasa Reparasi Jam Tangan,