Berita Solo Terbaru
Masih Pandemi Covid-19, Pertunjukan Barongsai dan Wayang Potehi di Solo saat Imlek Ditiadakan
Hiburan budaya Thionghoa dan wahana rekreasi tidak akan meramaikan perayaan hari raya Imlek yang jatuh pada 12 Februari 2021 di Kota Solo. Hiburan bar
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Hiburan budaya Thionghoa dan wahana rekreasi tidak akan meramaikan perayaan hari raya Imlek yang jatuh pada 12 Februari 2021 di Kota Solo.
Hiburan barongsai, misalnya tidak akan diturunkan ke jalanan seperti tahun-tahun lalu.
Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia Bersama Imlek 2572/2021, Sumartono Hadinoto.
"Barongsai tidak turun ke jalan. Itu terlalu berisiko mengundang kerumunan," kata Sumartono, Minggu (31/1/2021).
Baca juga: Tahun Ini, Perayaan Imlek di Solo Ditiadakan, Lampion Tak Hiasi Kawasan Pasar Gede Cegah Kerumunan
Baca juga: Nestapa Asisten Pelatih Persis Solo saat Kompetisi Mandeg, Jadi Kuli Bangunan hingga Jualan Soto
Baca juga: Ingin Naik Pertama Kalinya? Begini Cara Naik KRL Solo-Jogja yang Bakal Diuji Coba 1 Februari 2021
Baca juga: Terungkap, Pemilik Rumah Kosong Jadi Sarang Ular di Sumber Solo,Ternyata Bapak Srimulat Teguh Slamet
Tak hanya Barongsai, pertunjukkan Wayang Potehi pun tidak akan bisa disaksikan.
"Itu juga tidak ada," tutur Sumartono.
"Rangkaian Imlek yang biasanya kolaberasi dengan panitia Grebeg Sudiro, Solo Imlek Festival, dan Solo Great Sale semua tidak dilakukan," tambahnya.
Sumartono tidak menampik peniadaan perayaan Imlek, termasuk hiburan dan wahana rekreasi memberikan dampak ekonomi.
Khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang biasanya membuka lapak di area perayaan Imlek.
"Perayaan Imlek menjadi salah satu yang membantu mem-branding Kota Solo," ucap Sumartono.
"Dampak secara kebhinekaan luar biasa dan multi-effect terhadap UMKM luar biasa," tambahnya.

Tak Ada Lampu Lampion
Perayaan hari raya Imlek 2572/2021 di Kota Solo tahun ini ditiadakan.
Peniadaan salah satu ikon acara budaya Kota Bengawan tersebut lantaran pandemi Covid-19 yang belum kunjung kelar.