Kemudian, karena purna tugas, akhirnya Warsidin memelihara buaya tersebut di rumahnya di Sambungmacan.
Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi
Baca juga: Viral Mahasiswi Rela Hidup di Hutan Selama 10 Bulan demi Meneliti Monyet, Begini Kisahnya
Kemudian, ia rawat dengan penuh kasih sayang hingga besar.
"Lama kelamaan saya senang, waktu itu juga dengar kabar berita, di kebun binatang Surabaya, ada buaya yang meninggal, apakah kurang makan?," jelasnya.
Warsidin ingin menantang dirinya, apakah dirinya mampu merawat buaya.
"Saya pelihara, saya kasih makan tertib dan teratur, akhirnya bisa hidup selama 20 tahun," kata dia.
Bahkan, Warsidin pun rela merogoh kocek dalam, untuk membelikan makan buaya, yakni beberapa ekor ayam.
"Ya namanya senang, dibuat untuk dibelikan berapapun (ayam) kan ya senang, terakhir itu saya beli 6 ekor ayam besar-besar yang sudah mati," jelasnya.
Menurutnya, pelihara buaya hal yang paling mudah untuk dilakukan.
Bahkan, selama ini tidak berpengaruh ke lingkungan sekitar, karena dikandang dengan ketat.
"Yang penting itu makannya teratur, kandangnya juga harus kuat, saya buat kandangnya itu ukuran 3 x 2,5 meter, kuat itu pakai seng," terangnya.
Karena dikasih makan ayam mati, pihaknya hanya mengeluarkan uang sebanyak Rp 80.000 perbulan.
"Kalau makannya setengah bulan sekali, bisa dikasih 3-4 ekor, dalam sebulan ya kira-kira bisa habis Rp 80 ribu," tambahnya.
Alasan Dilepas
Warsidin mengaku, dirinya rela melepas buaya kenangannya karena pihaknya sudah tua.
"Pertama gini, saya sudah tua, ibu juga sudah tua, jadinya mulai was-was," kata dia.