Varian Delta Mulai Mengamuk di Amerika : Juni Masih 10 Persen dari Total Kasus, Kini Sudah 83 Persen

Editor: Aji Bramastra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI : Penelitian dari New York menyebut vaksin Johnson & Johnson kurang ampuh melawan Covid-19 varian Delta.

TRIBUNSOLO.COM, AMERIKA SERIKAT - Virus Corona varian Delta menjadi momok baru penularan Covid-19 di Amerika Serikat.

CDC, atau lembaga penanganan wabah di AS, menyebut sebanyak 83 persen kasus Covid-19 di AS, merupakan virus Corona varian Delta.

Baca juga: Pria yang Tularkan Corona Varian Delta di Brisbane Australia, Ternyata Baru Datang dari Indonesia

Data 22 Juli, AS mencatat 63 ribu kasus baru per hari.

"Peningkatan kasus sungguh dramatis, naik hingga 50 persen dari 3 Juli 2021," kata Dr. Rochelle Walensky, Direktur CDC, Selasa (20/7/2021), dikutip dari CNN.

Ilmuwan di AS juga menyadari bila varian Delta lebih cepat menular dibanding Corona varian lain.

Andy Slavitt, mantan penasehat Gedung Putih untuk urusan Covid-19 menyamakan varian Delta dengan kasus Corona yang menyerang mereka yang memakai steroid.

"Mereka sama-sama menular dua kali lebih hebat," kata Slavitt.

Menurut Slavitt, kunci mengalahkan varian Delta adalah vaksin.

Sayang, tingkat vaksinasi di Amerika Serikat ternyata juga masih belum sesuai harapan.

Berdasar data CDC, Lebih dari 50 persen warga AS belum menerima vaksin lengkap.

Problem terbesar AS adalah bukan soal minimnya stok vaksin.

Kebanyakan, mereka yang menolak vasin di AS, karena memang enggan divaksin.

Bila AS belum berhasil menekan angka warga yang belum vaksin, para ahli mengkhawatirkan outbreak atau wabah Covid-19 dalam skala besar, akan kembali menimpa Negeri Paman Sam.

Menular Cepat

Varian Delta kini menjadi ancaman baru pandemi Covid-19.

Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, dr Dicky Budiman lantas mengungkapkan betapa varian Delta ini cepat menyebar.

Dicku juga membenarkan virus corona varian Delta dapat menular hanya 5-10 detik saat berpapasan.

Sebelumnya soal penularan varian Delta itu masih butuh kajian.

Baca juga: Waspada Munculnya Varian Delta Plus, Di India Angka Covid-19 Naik 50.040 Kasus dalam Sehari

Baca juga: Waspada, Ini Rentetan Gejala Baru pada Pasien Covid-19 Varian Delta, Salah Satunya Sakit Kepala

Namun, kini sudah dikonfirmasi dan diperkuat dengan temuan CCTV di Australia.

Adapun, melansir The Guardian, sebuah rekaman CCTV di Australia menampilkan dua orang yang sedang berbelanja di Westfield Bondi Junction menjadi petunjuk adanya penularan Covid-19 keduanya.

CCTV itu digunakan dalam investigasi yang dilakukan oleh otoritas setempat untuk melacak perjalanan kasus dan mengidentifikasi setiap momen penularan yang mungkin terjadi.

"Iya ini memang sudah dikonfirmasi merujuk pada data (bukan dari) hasil tracing secara manual."

"Tetapi secara urgent of sequencing yang menunjukkan ketepatan bahwa ini memang (menular) dari orang yang berpapasan."

"Juga diperkuat dengan CCTV," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Senin (28/6/2021).

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

Menurut Dicky, keakuratan temuan ini hampir mendekati 100 persen.

Untuk itu, ia menyebut temuan ini sudah membuktikan virus corona varian Delta sangat mengancam.

"Jadi ini mendekati 100 persen keakuratannya tapi sudah cukup memberikan pesan penting varian ini sangat mengancam dan serius," ungkapnya.

Kendati demikian, Dicky menyebut, mereka yang berpotensi tertular adalah yang tidak memakai masker dan belum menerima vaksinasi.

"Tetapi ada tambahan juga yang berpapasan itu tidak memakai masker dan belum divaksin secara lengkap," tambahnya.

Dicky juga menjelaskan, potensi terkena paparan virus juga dipengaruhi hal-hal lain.

Misalnya, meski di dalam ruangan terbuka, faktor kecepatan angin juga bisa berpengaruh.

Ia menilai, berada dalam ruangan yang terbuka tidak menjamin seseorang tidak akan terpapar virus.

"Outdoor itu tidak serta merta menjamin lebih aman karena ada faktor masker, vaksinasi seseorang dan sirkulasi udara," jelasnya.

FOTO Ilustrasi petugas medis dengan APD - Penyakit misterius di Tanzania menyebabkan penderitanya muntah darah, bahkan ada beberapa yang meninggal beberapa jam kemudian. (Freepik)

Untuk itu, Dicky mengingatkan agar tetap menjaga jarak aman dengan seseorang maksimal dua meter.

Terakhir, ia juga mengingatkan untuk merevisi pernyataan yang menyebut penularan bisa terjadi selama 15 menit.

"Artinya massa waktu kasus kontak 15 menit ini harus direvisi, apalagi varian Delta ini sudah mulai mendominasi di Indonesia," tegasnya.

Sebagai informasi, temuan varian Delta dapat menular secara singkat ini disampaikan oleh Kepala Petugas Kesehatan Queensland, Dr Jeannette Young.

Dr Young mengatakan, varian Delta diindikasi dapat menular hanya dengan kontak singkat.

Bahkan, durasi yang diperlukan bagi virus ini untuk menular hanya sekitar 5-10 detik.

"Pada awal pandemi ini, saya berbicara tentang kontak dekat selama 15 menit yang menjadi perhatian."

"Sekarang sepertinya 5 sampai 10 detik itu menjadi perhatian. Risikonya jauh lebih tinggi sekarang daripada setahun yang lalu," kata Dr Young, dikutip dari The Guardian.

Kata Guru Besar FKUI soal Penularan Varian Delta dengan Berpapasan 

Sementara itu, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan soal kemungkinan virus corona varian Delta menular hanya dengan berpapasan.

Menurut Prof Tjandra, kemungkinan virus corona varian Delta menular hanya dengan berpapasan memang ada.

Kendati demikian, masyarakat perlu memastikannya dengan menunggu hasil penelitian lebih lanjut dari Sydney, Australia.

"Kemungkinan itu mungkin saja ada, tapi apakah benar 5-10 detik seperti temuan di Australia, kita tunggu nanti hasil penelitian jurnalnya," kata Prof Tjandra, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (28/6/2021).

Tetapi, Prof Tjandra memastikan, virus corona varian Delta memang jauh lebih menular.

"Varian Delta dibandingkan dengan varian sebelumnya memang jauh lebih menular," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama (Tangkap layar Youtube Kompas TV)

Di sisi lain, Prof Tjandra juga menjelaskan ada lima dampak varian baru virus corona.

Pertama, soal dampak penularannya.

Kedua, soal berat dan ringannya terhadap penyakit.

Ketiga, soal kemungkinan infeksi ulang atau reinfeksi.

Keempat, dampak terhadap diagnosisnya dan kelima dampak terhadap vaksinnya.

Dalam kasus varian Delta ini, Prof Tjandra menilai poin pertama soal penularannya yang jauh lebih cepat benar adanya.

Poin kedua soal berat ringannya penyakit ada yang membenarkan dan ada pula yang menyangkal.

Kemudian, Prof Tjandra juga membenarkan dalam poin ketiga virus corona varian baru memungkinkan reinfeksi.

Satgas Covid-19 kembali melakukan penelusuran atau tracing dengan swab PCR kepada warga sekitar Taman Pintar Kayu Putih, Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021). Sebelumnya satgas sudah melakukan tracing kepada 48 warga dengan hasil negatif, pihak Polsek Pulogadung juga telah melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga. Tracing terus ditingkatkan oleh pemerintah untuk mengetahui penyebaran Covid diantara warga dan antisipasi Covid-19 varian baru.  (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

"Dampak terhadap infeksi ulang iya mungkin terjadi infeksi ulang."

"Kemudian dampak tehadap diagnosis tidak kerena diagnosis yang ada sekarang tes menggunakan PCR dan rapid tes antigen masih bisa digunakan," katanya.

Terakhir, Prof Tjandra menyebut, dampak terhadap vaksin memang ada, yakni terjadi penurunan efikasi.

Terbukti, dari penelitian di Inggris menyebut vaksin AstraZeneca mengalami penurunan efikasi terhadap virus corona varian Delta.

"Sementara dampak vasksin ada penururan, penelitian yang terbesar di Inggris, vaksin AstraZeneca efikiasinya turun pada varian Delta."

"Hanya masih di atas 50 persen dan masih bisa digunakan," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Ahli: Virus Corona Varian Delta Dapat Menular Hanya 5-10 Detik Saat Berpapasan

Berita Terkini