Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memaksa berbagai sektor untuk menghentikan kegiatan, termasuk sektor pariwisata.
Di antaranya Museum Purbakala Sangiran yang harus tutup selama setahun belakangan ini.
Museum sempat dibuka selama 2 bulan, namun akhirnya harus kembali ditutup untuk umum setelah pemerintah memberlakukan PPKM darurat.
Padahal, masyarakat Sangiran selama puluhan tahun menggantungkan hidup dari kegiatan pariwisata unik di wilayahnya itu.
Kurang lebih terdapat 60 pedagang, baik souvenir maupun makanan kini nasibnya terlunta-lunta, lantaran tidak lagi bisa berjualan.
Baca juga: Cerita Pedagang Souvenir di Museum Sangiran Sragen, Bertahan Hidup dengan Andalkan Wisatawan Kecele
Baca juga: Anggota Ormas dan Pengelola Tempat Ibadah Divaksin, Pemkab : Mereka Berinteraksi dengan Masyarakat
Salah satu pedagang souvenir, Ngatno (50) mengatakan baru kali ini, ia tidak bisa berjualan di dalam Museum Sangiran.
"Saya jualan di dalam itu sudah puluhan tahun, setelah pandemi kita menjadi resah, sangat resah," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (7/9/2021).
Menurut Ngatno, banyak pedagang di Museum Sangiran kini beralih profesi.
"Rata-rata jadi buruh bangunan, sama buruh ladang-ladang itu, untuk menyambung hidup," ujarnya.
Ia pernah mencoba beralih berjualan secara online, namun tak juga membantu memenuhi pemasukannya.
"Karena memang yang kita jual akesesori dan hiasan rumah, jadi selama pandemi ini mungkin tidak terlalu dibutuhkan," katanya.
Sama seperti pedagang yang lain, ia mengandalkan pemasukan dari wisatawan yang terlanjur datang ke Museum Sangiran meski masih ditutup.
Selain itu, selama ini, para pelaku wisata di Kawasan Sangiran baru pertama kali tersentuh bantuan dari pemerintah.
Ngatno menuturkan bantuan pernah datang dari Pemkab Sragen, namun sudah sangat lama diberikan.
"Hingga kini, belum ada lagi bantuan yang datang dari Pemerintah," aku dia.
Ngatno berharap, Museum Sangiran dapat segera dibuka agar bisa kembali berjualan.
"Semoga segera datang pemberitahuan museum akan kembali dibuka, ekonomi biar bisa jalan lagi," pungkasnya.
Mengandalkan Wisatawan Kecele
Meski Museum Sangiran di Kabupaten Sragen masih ditutup untuk umum, pedagang souvenir tetap membuka lapaknya.
Tampak, terdapat 5 lapak pedagang souvenir di kawasan wisata manusia purba itu.
Para pedagang tersebut menjual berbagai pernak-pernik khas Sangiran, berupa batu kristal yang diasah menjadi gelang, kalung, bros, dan lainnya.
Sebelumnya, mereka berjualan di dalam kawasan Museum Sangiran, yang disediakan khusus oleh pengelola.
Dengan ditutupnya Museum Sangiran, maka mereka memilih untuk berjualan didepan gerbang dengan membuka kios kecil-kecilan.
Baca juga: Terungkap, Admin Arisan Bodong yang Kelabuhi Pengusaha hingga Pegawai Bank Ternyata Orang Wonogiri
Baca juga: Ratusan Wisatawan Kecele, Mau Lihat Manusia Purba, Ternyata Gerbang Museum Sangiran Sragen Digembok
Salah satu pedagang souvenir, Endah mengaku dia bertahan hidup, dengan mengandalkan wisatawan yang kecele.
"Iya, hampir setiap hari masih ada orang yang datang, kadang ya mereka berhenti sebentar untuk membeli oleh-oleh khas Sangiran," katanya kepada TribunSolo.com.
Puncaknya pada akhir pekan, di hari Sabtu dan Minggu, dimana ratusan wisatawan datang, dengan jeda 15 menit sekali.
Meski belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, Endah tetap bersyukur karena masih bisa menghasilkan.
"Biasanya kalau ramai ya pas minggu ini, biasanya bisa menjual 10 gelang, kalau hari biasa memang tidak ada," ujarnya.
"Saya juga jual baju, kalau baju satu bulan laku satu potong," imbuhnya.
Keadaan seperti ini, baru Endah rasakan setelah berjualan selama berpuluh-puluh tahun lamanya.
Biasanya, Endah akan memetik keuntungan ketika hari libur tiba sebelum pandemi, di mana wisatawan membanjiri kawasan Museum Sangiran.
Banyak Wisatawan Kecele
Banyak wisatawan kecele karena Museum Sangiran di Kabupaten Sragen masih ditutup untuk umum.
Warga sekitar, Endah mengatakan setiap hari masih ada wisatawan yang datang ke Museum Sangiran tetapi harus gigit jari karena belum dibuka.
"Setiap hari pasti ada yang ke sini, hari minggu bisa lebih dari 100 kendaraan yang ke sini," ujarnya kepada TribunSolo.com, Minggu (5/9/2021).
Pantauan TribunSolo.com di lapangan, banyak wisatawan yang mengendarai kendaraan pribadi berhenti di depan gerbang masuk Museum Sangiran.
Baca juga: Ketahuan Warga Setubuhi Gadis di Bawah Umur, Pemuda Wonogiri Ini Sempat Ngumpet di Balik Pintu
Baca juga: Angga Sasongko Stop Kerja Sama dengan TV yang Undang Saipul Jamil, Berikut Program TV yang Terdampak
Tidak hanya kendaraan dari Sragen, banyak kendaraan yang berasal dari luar.
Mereka berhenti sejenak, dan harus menelan kecewa ketika gerbang masih dikunci dan terdapat tulisan tutup.
Untuk memastikan, tak jarang wisatawan bertanya kepada warga sekitar, maupun pedagang yang ada di depan Museum Sangiran.
"Kadang-kadang juga ada wisatawan yang turun dulu, foto-foto sebentar didepan gerbang sini, biasanya mereka yang datang dari jauh, istirahat sebentar," terang Endah.
Seperti kekecewaan yang diungkapkan Iis, wisatawan asal Jakarta.
Iis datang ke Solo berniat untuk mengantarkan sang anak untuk kuliah, sekaligus mampir ke Museum Sangiran.
"Iya, niatnya ingin mampir ke Museum Sangiran, tapi masih tutup," ungkap Iis.
Menurut Iis, keluarganya yakin mendatangi Museum Sangiran setelah melihat informasi di aplikasi pencarian, yang menyatakan masih buka.
Kemudian, Iis dan keluarganya kembali memutar balikkan mobil mereka, untuk kembali ke Jakarta.
Belum Dibuka
Sebagian tempat wisata di Kabupaten Sragen sudah diizinkan dibuka di tengah penerapan kebijakan PPKM Level 3.
Dua objek wisata besar di Sragen, yakni Museum Sangiran dan Pemandian Air Panas Bayanan belum dibuka oleh Pemkab Sragen.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan kedua tempat wisata itu memang belum akan dibuka.
"Belum kami coba buka, karena kalau Sangiran kira harus konfirmasi dulu dengan balai, kalau Bayanan masih akan kita cek," jelasnya kepada TribunSolo.com, Rabu (1/9/2021).
Baca juga: Viral Video Detik-detik Kecelakaan Bus Sugeng Rahayu di Madiun, Penumpang Teriak Astagfirullah
Baca juga: Kisah Penjual Souvenir Tercekik Pandemi, Tak Ada Pemasukan, Imbas Museum Sangiran Tutup Setahun
Diketahui, Museum Sangiran saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, dibawah UPT Kemendikbud RI.
Sedangkan, Pemandian Air Panas Bayanan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen Sendiri.
Mengingat Bayanan merupakan wisata air, maka masih belum diizinkan buka.
"Nanti saya minta Dinas Pariwisata untuk mengecek segala kemungkinannya, kalau Bayanan kan mandi ya, jadi agak mengkhawatirkan," terangnya.
Namun, dengan kondisi kompleks pemandian air panas Bayanan sudah diperbaiki, dimungkinkan bisa dibuka dibagian tamannya.
"Barangkali nanti dibuka yang area tamannya saja, tapi kapasitas terbatas, kapan dibukanya, nanti dibicarakan lagi," jelasnya. (*)