Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sampai saat ini tidak ditemukan adanya kasus Corona pada penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Solo.
Berdasarkan hal ini, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memberikan sinyal akan memperpanjang jam belajar siswa di sekolah.
Gibran mengatakan, sudah mengecek langsung kondisi para siswa di sekolah.
Baca juga: Ambil Tugas Sekolah Pakai Tas Kresek, Perjuangan Siswa MTs di Sulawesi Tengah Ini Tuai Pujian
Baca juga: Kisah Siswa Bawa Tas Kresek ke Sekolah karena Belum Ada Tas, Tetap Semangat Meski dalam Keterbatasan
"Tadi pagi saya cek, SD Kleco dan SMAN 7 Surakarta prokesnya sudah baik. Terutama anak kecil sudah terbiasa belajar di kelas pakai masker, nyanyi dan olahraga pakai masker," ujarnya kepada TribunSolo.com, Selasa (12/10/2021).
Melihat kondisi siswa ini, Gibran bakal mempersiapkan perpanjangan jam belajar saat PTM.
"Siap diperpanjang, tidak ada klaster Covid-19 di sekolah, aspirasi untuk murid, guru dan orang tua," ujarnya.
Baca juga: Kisah Guru SD Dilantik Jadi Kepsek Tapi Sekolahnya Tak Ada, Begini Kronologi Kejadiannya
Namun, soal berapa lama durasi yang dimaksud, Gibran belum menjelaskan secara detail.
Dia hanya memberikan gambaran lebih dari 2 jam.
Gibran mengatakan, walaupun saat ini PTM sudah berjalan, masih ditemukan adanya orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk ikut PTM.
Baca juga: Disapu Angin Kencang, Atap Sekolah di Wonogiri Rusak: Gapura Remuk Tertimpa Pohon
"Iya masih ada (tak ikut PTM), tidak bisa dipaksakan. Terutama murid di bawah 12 tahun belum boleh divaksin," ujarnya.
Bagi siswa yang tidak mendapatkan izin untuk PTM ini, tetap mengikuti secara daring.
"Tidak kita paksa, bisa melalui daring," tutupnya.
Swab Sekolah
Gara-gara ada guru tak memakai masker saat mengajar tatap muka di sekolah, ratusan siswa di SDN Laweyan 54, Kota Solo terkena imbas.
Ya, ratusan siswa itu harus menjalani swab antigen massal, Senin (27/9/2021).
Penampakan di lokasi sekolah saat itu, juga cukup tegang karena petugas berpakaian serba APD hilir mudik memeriksa siswa.
Adapun para siswa pun tampak pasrah hidungnya harus menjalani swab antigen tersebut.
Akibat peristiwa itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka pun geram.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah Tentang Pengalaman yang Dialami Gibran saat Hilang 6 Hari di Gunung Guntur
Baca juga: Disindir Gibran Tim Bola Jago Kungfu, AHHA PS Pati Malah Datang ke Solo Pakai Tulisan Kasih Keras
Dia mengaku sangat menyayangkan sikap guru yang tak memakai masker saat mengajar di kelas.
"Ada orang tua murid yang mengeluh, ada guru tidak memakai masker," ungkapnya kepada Tribunsolo.com, Senin (27/9/2021).
"Seharusnya kan gurunya ngasih contoh, ini malah tak pakai masker," jelas dia menekankan.
Gibran menambahkan laporan tersebut diterimannya melalui pesan langsung media sosial oleh orang tua siswa kepada dirinya.
Laporan tersebut sekaligus disertakan foto guru saat tidak mengenakan masker.
"Kalau dipesannya guru tidak pakai masker pas di dalam ruangan pembagian rapot, tapi saat mengejar sering tak pakai masker juga," jelas dia.
Dia lantas memutuskan agar seluruh isi sekolah menjalani swab antigen guna mengantisipasi adanya kaster Covid-19 di sekolah.
"Biar enggak ada klaster saat PTM, hasilnya tadi ada 117 siswa hasilnya negatif," tuturnya.
Lebih lanjut dia menekankan, jika masalah tersebut harus menjadi yang terakhir dan peringatan bagi guru dan kepala sekolah.
"Intinya, guru dan semua staf yang ada di sekolah harus jadi contoh untuk anak-anak," aku dia.
"Jangan malah tidak memakai masker," pintanya dengan tegas.
Baca juga: Tak Kalah dengan Rumput Stadion Manahan Solo, Lapangan di Desa Ini Jadi Primadona Para Pemain Liga 2
Perintah Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim meminta pembelajaran tatap muka jalan terus.
Hal ini ditekankan Nadiem saat berkunjung ke Kota Solo di antaranya melihat renovasi gedung SMKN 2 Solo bersama Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, Senin (13/9/2021).
Dia meminta berharap orang tua siswa tidak perlu khawatir dengan tatap muka ini, karena sebelum adanya varian Delta, pihaknya sudah membuka tatap muka secara terbatas hingga 30 persen sekolah di berbagai daerah.
"Risiko klaster dari 30 persen yang sudah buka tatap muka itu sampai 10 bulan lalu, sangat minim yang melaporkan," ungkap dia kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Betapa Senangnya Salsabilla Akhirnya Dapat Vaksin di Klaten, Berharap Bisa Sekolah Tatap Muka Lagi
Baca juga: Nadiem Makarim Izinkan Belajar Tatap Muka di Wilayah PPKM Level 1-3, Ini Syarat yang Perlu Dipenuhi
Apalagi hampir seluruh guru di Indonesia sudah diberikan vaksin terlebih dahulu hingga kini sudah menyasar kepada siswa-siswanya.
"Saya harap semua waswas sekali dengan protokol kesehatan karena itulah yang akan memenangkan hak untuk terus PTM," terangnya.
"Jadi apakah ini akan lanjut apa tidak ada di tangan orang tua guru dan kepala sekolah dan murid-murid juga," aku dia membeberkan.
Klaster di sekolah akan terjadi, menurut Nadiem, makala tidak menataati protokol kesehatan, tidak memakai masker dan kecerobohan lainnya.
"Kalau anda tidak protokol dan tidak pakai masker ya bakal jadi cluster, maka peran orang tua dan sekolah untuk monitoring sangat penting," jelas dia.
Untuk masalah lain soal pembelajaran jarak jauh lanjut Nadiem, selama ini tidak optimal.
Terlebih kemudian muncul sebutan "Generasi Blank" yaitu generasi yang tertinggal dalam sektor pendidikan kerena pandemi.
"Tentu semua sudah tahu sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak optimal, solusinya ya satu tatap muka, kita sudah instruksikan setiap daerah untuk segera PTM, termasuk di Solo," harap dia.
Baca juga: Meski Kaca Sekolah Hancur Lebur, Sebagian Siswa di SDN 2 Gunungsari Boyolali Sudah Mulai Tatap Muka
Baca juga: Tak Hanya Satu Tulisan, Mahasiswa Ternyata Bawa Banyak Poster untuk Sambut Presiden Jokowi di UNS
"Saat ini kita memang berusaha memperbaiki ketertinggalan yang ada di sektor pendidikan, apalagi sektor pendidikan yang paling penting menurut saya," jelas dia.
Nadiem juga sadar akan bahayanya jika tidak segera melaksanakan tatap muka karena sudah hampir dua tahun lamanya.
"Kita akan kehilangan kemampuan belajar secara permanen dan kita kehilangan mental secara permanen" tuturnya.
"Maka dari itu kita lanjutkan hak-hak siswa untuk belajar di sekolah kembali," harap dia. (*)