Piala Dunia 2022

Afrika dan Timur Tengah Kini Dukung Maroko di Piala Dunia 2022, Singa Atlas Tak Ingin Dianggap Remeh

Penulis: Tribun Network
Editor: Eka Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bek Maroko, Romain Saiss, dalam sesi latihan di Al Duhail SC Stadium Doha, 22 November 2022, menjelang laga Piala Dunia Maroko vs Kroasia. (FADEL SENNA / AFP)

TRIBUNSOLO.COM - Maroko berhasil menjadi negara dari dunia Arab pertama yang berhasil mencapai perempatfinal Piala Dunia.

Mereka adalah tim Afrika pertama yang melakukannya sejak terakhir Ghana pada 2010.

Ketika tim berjuluk 'singa Atlas' ini menantang Portugal untuk tempat di semifinal pada Sabtu (10/12/2022) mendatang, mereka akan mendapatkan dukungan masif.

Tidak hanya dukungan dari ribuan penggemar yang bepergian dari ujung barat laut Afrika, tetapi juga dari jutaan orang di seluruh benua Afrika, dan seluruh Timur Tengah.

Baca juga: Prediksi Skor Kroasia vs Brasil di Piala Dunia 2022, Tim Samba Diprediksi akan Cetak 2 Gol

Baca juga: Prediksi Skor Inggris Vs Prancis Piala Dunia 2022, Kylian Mbappe Berpeluang Bobol Gawang Inggris

Setelah kemenangan adu penalti yang menakjubkan atas Spanyol 3-0 pada 16 besar (6/12/2022), Singa Atlas menjadi satu dari empat negara Afrika yang pernah mencapai babak
delapan besar.

Sebelumnya adalah Ghana (2010), Senegal (2002), dan Kamerun (1990).

Hakim Ziyech, Achraf Hakimi dan kawan-kawan telah membuat sejarah di turnamen ini dengan menjadi tim Afrika pertama yang menjuarai penyisihan grup Piala Dunia, sejak Nigeria pada 1998.

Dahsyatnya lagi, mereka mengungguli dua lawan kelas berat, Kroasia, dan Belgia.

Sekarang, setelah mengatasi tim Matador, yang tak lain tetangga mereka dari seberang Selat Gibraltar, skuat asuhan Walid Regragui ini memiliki peluang untuk mencapai apa yang hampir dilakukan Ghana di Afrika Selatan pada 2010: menjadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia.

Seperti Ghana pada Piala Dunia 2010 lalu, Maroko juga memiliki dukungan dari benua yang bersatu di belakang mereka, terlepas dari perbedaan signifikan yang seringkali memisahkan Afrika bagian utara, dan sub-Sahara.

Ketika sebuah negara Eropa tersingkir dari Piala Dunia, pendukung cenderung mengikuti sisa turnamen dengan agak pasif, lebih tertarik pada hasil keseluruhan daripada keberuntungan tim Eropa lainnya.

Tapi tidak di Afrika. Kebanyakan dari mereka mendukung semua tim Afrika, bahkan mengenyampingkan persaingan tertentu.

Mahmoud, misalnya, seorang pemilik restoran Mesir di Qatar yang pernah datang untuk menyaksikan Senegal vs Inggris.

Dan, meskipun Mesir kalah dari Senegal di final Piala Afrika dan playoff kualifikasi Piala Dunia, dia mendukung Lions of Teranga.

Baca juga: Bintang Real Madrid Eden Hazard Umumkan Pensiun dari Timnas Belgia Usai Gagal di Piala Dunia 2022

Baca juga: Pelatih Portugal Buka Suara Terkait Nasib Ronaldo Dicadangkan Kembali atau Tidak Lawan Maroko

"Mereka bermain untuk kita. Mereka turun ke lapangan untuk semua orang Afrika," kata Mahmoud dikutip dari Deutsche Welle.

"Saya orang Mesir tapi saya di sini untuk mendukung Maroko," kata Gamal, seorang pendukung yang ditemui di Souq Waqif, salah satu titik pertemuan paling populer bagi para penggemar di Doha.

"Maroko adalah negara Arab terakhir yang tersisa di kompetisi, dan juga negara Afrika terakhir."

Semangat serupa dilontarkan pendukung Senegal.

Tim jagoan mereka dikalahkan habis-habisan oleh Inggris. Meski kecewa, para suporter kini punya misi baru.

"Sekarang kami akan mendukung Maroko sampai akhir," ujar Bintou, anggota '12th
Gainde' kelompok suporter yang penuh warna yang diterjemahkan sebagai 'pemain
ke-12' dalam bahasa Wolof.

"Seluruh Senegal, seluruh Afrika , berada di belakang Maroko. Mereka adalah tim kamisekarang dan kami berharap mereka bisa mencapai final," kata Bontou.

Ketika Maroko menyingkirkan La Furia Roja, sekitar 15 ribu warga tumpah ruah di jalanan Souq Waqif. Mereka tak hanya yang berasal dari Maroko, tapi juga adalah penduduk Qatar, pendukung Senegal, Kamerun, Tunisia, dan Ghana.

Bahkan, seperti ramai terlihat di media sosial, di Aljazair sana, warganya turun ke jalan merayakan kemenangan tim Singa Atlas. Padahal, kedua negara sedang tegang karena isu Sahara Barat.

Fenomena ini menunjukkan, bahwa sementara negara mungkin bertengkar, rakyat mereka hanya fokus pada satu hal: melihat Afrika dan dunia Arab bersinar di Piala Dunia, terlepas dari bagian mana.

Pelatih Maroko, Walid Reragui pun mengumandangkan sentimen kontinental ini.

"Kami juga orang Afrika," kata Reragui menjelang pertandingan grup terakhir melawan Kanada.

"Jadi, seperti Senegal, seperti Ghana, seperti Kamerun dan seperti Tunisia, kami ingin mengibarkan bendera sepak bola Afrika."

Bagi Reragui, ini bukan hanya tentang solidaritas kontinental; Singa Atlas juga memiliki misi lain yang ingin dibuktikan.

"Sepak bola Afrika sering dianggap biasa-biasa saja, tetapi di Piala Dunia ini, saya pikir kami telah menunjukkan bahwa kami dapat mempersulit hidup siapa pun," lanjutnya.

“Kita semua berbicara tentang tim Eropa, tim Amerika Selatan, tapi saya berharap, di masa depan, kita akan melihat lebih banyak tempat untuk tim Afrika. Jadi, mengapa tidak? Mengapa negara Afrika tidak bisa memenangkan Piala Dunia?" katanya bertanya-tanya.

Tapi sebelum lebih jauh berbicara soal juara, Afrika masih menunggu semifinalis pertamanya. Dan mereka berharap, di Qatar, semifinalis pertama itu adalah Maroko.

(*)

Berita Terkini