Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Gibran Rakabuming Raka menyatakan tidak akan mengikuti keputusan ayahnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal cawe-cawe di Pemilu 2024.
Itu disampaikan pria yang kini menjabat Wali Kota Solo itu di Balai Kota Solo, Rabu (31/5/2023).
"Jangan tanya saya. Aku ra melu-melu," kata dia.
"Enggak (akan melakukan intervensi). Aku kan ra melu-melu," tambahnya.
Gibran menyatakan akan netral sebagai pemimpin daerah dalam menyikapi berbagai tahapan pemilu.
"Ya. Yo saya kan semua saya fasilitasi saya temui," ucap Gibran.
"Semua saya jadikan teman," tambahnya.
Baca juga: Baliho Kampanye Pemilu 2024 Bertaburan, Satpol PP Solo Belum Berani Copot, Tunggu Kesbangpol Solo
Baca juga: Viral Presiden Jokowi Nonton Film di Bioskop Kejutkan Pengunjung Lain, Warganet Sebut Momen Langka
Beberapa kali Gibran tercatat bertemu dengan sejumlah tokoh politik nasional.
Mereka bahkan sempat terlibat dalam momen makan bersama dengan suami Selvi Ananda itu.
Diantaranya Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
"Semua saya ajak wedangan. Semua saya ajak jalan-jalan," Jelas dia.
"Semua tamu saya terima. Enak toh? Kurang netral opo," tambahnya.
Cawe-cawe Jokowi
Sebelumnya, General Manager News and Current Affairs Kompas TV Yogi Nugraha mengatakan, Kepala Negara menyebut kata cawe-cawe sebanyak lebih dari tujuh kali.
Meski pertemuan pada Senin dilakukan secara santai, menurutnya, sikap Jokowi soal cawe-cawe itu disampaikan secara tegas.
Saat para pimpinan media menanyakan sosok calon presiden (capres) maupun calon presiden wakil presiden (cawapres) yang diharapkan oleh Jokowi, Kepala Negara menerangkan soal cawe-cawe.
Namun, cawe-cawe yang dia maksud berkaitan dengan momentum siklus 13 tahunan sebuah negara.
"Ya saya untuk hal ini, (konteksnya untuk 13 tahun momentum) saya harus cawe-cawe. Karena untuk kepentingan negara," ujar Yogi menirukan ucapan Jokowi dikutip dari Kompas.com.
"Harus cawe-cawe. Harus ikut untuk tingkat nasional. Tapi Presiden menggarisbawahi, bahwa ini tidak ada kaitan dengan abuse of power sebagai Presiden," lanjutnya.
Baca juga: Kata Gibran Soal Pertemuan 2 Jam Dengan Ketum PSI Giring, Bahas Gugatan UU Pemilu ke MA ?
Baca juga: Pesan Megawati ke Gibran Jelang Pemilu 2024 : Bakal Banyak Manuver Politik, Silent is Golden
Yogi mengungkapkan, Presiden Jokowi berjanji tak akan melakukan cawe-cawe dengan pendekatan militer.
Melainkan, Jokowi lebih memilih dengan jalur politik.
"Ini saya tidak akan menggunakan tentara. Bahwa saya punya cara cawe-cawe dan saya tahu persis bagaimana cara berpolitik yang baik," ujar Yogi kembali menirukan ucapan Jokowi.
Yang menarik, lanjut Yogi, Presiden Jokowi juga kembali menegaskan soal cawe-cawe ketika akan mengakhiri sesi pertemuan dengan para pemimpin media tersebut.
"Bahkan, tadi mau closing saja, (dibilang) 'Sekali lagi ya, cawe-cawe'. Seperti memberi pesan kepada semua orang bahwa, 'memang iya saya cawe-cawe'," jelas Yogi.
Yogi menambahkan, selain membicarakan perihal cawe-cawe, Presiden Jokowi juga mengajak tamu undangan untuk berdiskusi soal ekonomi nasional, teknologi dan perihal baterai elektronik.
Pertemuan dengan para pemimpin media tersebut juga diisi acara makan bersama dengan menu antara lain sate Padang, siomay dan pempek.
Dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan, penjelasan tentang cawe-cawe untuk negara dalam Pemilu, konteksnya adalah Presiden ingin memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan adil.
"Kedua, Presiden berkepentingan terselenggaranya pemilu dengan baik dan aman, tanpa meninggalkan polarisasi atau konflik sosial di masyarakat," katanya.
Ketiga, Presiden ingin pemimpin nasional nantinya dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis seperti pembangunan IKN, hilirisasi, transisi energi bersih, dan lainnya.
"Empat, Presiden mengharapkan seluruh peserta pemilu dapat berkompetisi secara free dan fair, karenanya Presiden akan menjaga netralitas TNI, Polri dan ASN," tambah Bey.
Terakhir, kelima, Bey mengatakan, Presiden ingin pemilih mendapat informasi dan berita yang berkualitas tentang peserta pemilu dan proses pemilu sehingga akan memperkuat kemampuan Pemerintah untuk mencegah berita bohong/hoaks, dampak negatif AI (Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan), hingga black campaign melalui media sosial/online
(*)