Info DPRD Sragen

Kenakan Beskap, Ketua DPRD Sragen Ikut Prosesi Larab Slambu Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

Penulis: Septiana Ayu Lestari
Editor: Reza Dwi Wijayanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPRD Sragen, Suparno beserta Forkopimda Kabupaten Sragen di prosesi larab slambu di Gunung Kemukus, Sragen, Rabu (19/7/2023).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sragen, Suparno mengikuti prosesi Larab Slambu Makam Pangeran Samudro, Rabu (19/7/2023).

Prosesi tersebut merupakan bagian dari peringatan 1 suro atau tahun baru hijriyah 1445 di objek wisata Gunung Kemukus, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Suparno nampak gagah dengan mengenakan beskap berwarna hitam dengan bawahan kain jarik, lengkap dengan blangkon sebagai penutup kepala.

Baca juga: Anggota DPRD Sragen Berharap Wajah Baru Gunung Kemukus Mampu Pikat Wisatawan Mancanegara

Hal senada juga dikenakan Forkopimda Sragen yang hadir, seperti Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanotta hingga anggota DPRD Jawa Tengah, Untung Wibowo Sukowati.

Sedangkan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengenakan kebaya berwarna merah.

Suparno mengikuti prosesi larab slambu sejak awal, yakni mulai pelepasan slambu di makam Pangeran Samudro.

Lalu, Suparno juga mengantarkan slambu yang telah dilepas tersebut menuju bibir Waduk Kedung Ombo untuk dicuci.

Setelah dicuci, Suparno juga turut membilas slambu Makam Pangeran Samudro menggunakan air dari 7 sendang.

Suparno pun larut dalam kebahagiaan warga yang berebut air bilasan slambu tersebut dengan harapan bisa mendapat berkah.

Ditemui TribunSolo.com disela-sela acara, Suparno mengatakan itulah prosesi larab slambu yang harus terus dilestarikan.

Untuk melestarikan warisan budaya tersebut, harus dilaksanakan sebagaimana urutan sejarahnya.

Baca juga: DPRD Sragen Dampingi Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI di Gunung Kemukus

"Ini adalah suatu prosesi sejarah yang haru dilaksanakan, jadi runtutannya harus ada, kalau mau membuka sejarah yang asli itu pasti ada urutannya," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (19/7/2023).

"Termasuk pencucian slambu, larab slambu itu adalah suatu bentuk prosesi yang harus digali, tidak dihilangkan tiba-tiba, kalau semuanya dijalani dengan sempurna, ya nantinya akan berjalan baik," pungkasnya. (*/adv)

Berita Terkini