TRIBUNSOLO.COM - Kejadian erupsinya Gunung Marapi menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Diketahui dalam kejadian ini 11 pendaki dikabarkan tewas.
Baca juga: Update Evakuasi Pendaki Terjebak Erupsi Gunung Marapi di Sumbar: 12 Orang Dalam Pencarian
Dilansir dari TribunPadang, Kepala Kantor SAR Kota Padang, Abdul Malik, mengatakan 11 jenazah pendaki langsung dievakuasi menuruni gunung, Senin (4/12/2023).
Dari 75 orang yang berada di Gunung Marapi saat erupsi, 49 di antaranya berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
8 korban selamat mengalami luka-luka dan luka bakar.
Terkait kejadian tersebut lalu kenapa masih ada pendakian saat Marapi meletus? Apakah tidak ada penutupan pendakian saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, seperti Merapi dan Semeru?
Dilansir dari Kompas.com, menurut Koordinator Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Basuki, pada erupsi Marapi kali ini tidak terekam gempa vulkanik dalam yang menunjukkan pergerakan magma dari dalam.
Baca juga: Pasca Marapi Erupsi, Ada 11 Pendaki Gunung Ditemukan Tewas, SAR Padang: Proses Evakuasi Korban
Fenomena itu menunjukkan bahwa akumulasi tekanan yang menyebabkan letusan, berada di kedalaman dangkal.
"Alat kita tidak merekam adanya gempa vulkanik dangkal. Hal ini menunjukkan bahwa proses tekanan yang terjadi tidak menimbulkan banyaknya retakan-retakan pada batuan yang bisa menimbulkan gempa," ujarnya.
Karena proses peningkatan tekanan tidak menimbulkan gempa, suatu letusan akan sulit untuk diprediksi.
Adapun Gunung Marapi saat erupsi terjadi memang berada di level II atau waspada.
Menurut Basuki, wisatawan dan masyarakat sebenarnya dilarang berada dalam radius 3 kilometer atau puncak gunung.
Namun, sambung dia, pihak PVMBG tidak punya hak dan wewenang untuk melarang aktivitas pendakian.
Dilansir dari Kompas.com, Minggu (3/12/2023), Pendakian Gunung Marapi di Sumatera Barat baru ditutup usai erupsi.
(TribunPadang/Kompas.com)