Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ratusan masyarakat Desa Delanggu, ramai-ramai ikuti kirab budaya di Lapangan Merdeka, Desa dan Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Minggu (18/8/2024).
Kirab ini diselenggarakan pemerintah Desa Delanggu, melalui Karangtaruna Merdeka.
Ketua Karang Taruna Merdeka Desa Delanggu, Eksan Hartanto mengatakan bila kirab ini telah diselenggarakan ketiga kalinya.
"Sejak dilaksanakan kali pertama pada 2022 paska pandemi yang sempat meredup, Kirab Desa Ramah Budaya Delanggu selalu dinanti oleh ribuan masyarakat Delanggu. Sebab ini menjadi ajang lebaran seniman desa, dalam menunjukan dan mengekspresikan ragam budaya desanya," ujar Eksan.
Baca juga: Kuliner Khas Klaten Jateng : Lompya Duleg dari Delanggu yang Terinspirasi dari Lumpia Semarang
Kirab budaya kali ini mengangkat tema Wayang: warisan leluhur, identitas budaya Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk merayakan ragam budaya di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Sekaligus menjadi ajang pendidikan dan bentuk pemajuan kebudayaan secara berkelanjutan, bagi masyarakat Delanggu," paparnya.
Kepala Desa Delanggu, Purwanto menjelaskan bila ajang kirab juga sebagai eksistensi Desa.
Dimana Desa Delanggu sebagai salah satu Desa yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Klaten menjadi Desa Ramah Budaya sejak 2021.
"Kirab ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menumbuhkan kreativitas warga Desa Delanggu, dan memperkenalkan serta memberikan pengetahuan," terangnya.
"Tentang berbagai tokoh wayang dan budaya pakeliran kepada, seluruh elemen masyarakat Delanggu dan sekitarnya” imbuhnya.
Kirab ini juga menggandeng Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), sebagai mitra pendamping melalui Program Penguatan Kapasitas Ormawa KSP Principium.
Baca juga: Bak Lautan Manusia, Begini Meriahnya Karnaval Budaya di Klaten Jateng: Warga Padati Jalan Pemuda
Dosen Pendamping PPK Ormawa KSP Principium, Rustamaji memaparkan dengn adanya pendampingan ini disusun cetak biru interkoneksitas Desa Ramah Budaya.
Diantara program kerja sama yang berhasil dirintis yaitu pembangunan Omah Rojolele, yang diproyeksikan menjadi living museum sekaligus sebagai destinasi budaya agraris yang menjadi salah satu elemen penting Desa Delanggu sebagai Desa Ramah Budaya.
Omah Rojolele sebagai living museum merupakan pewujudan konsep museum yang melibatkan aktivitas masyarakat dengan tradisi yang masih hidup dan mendukung upaya pelestarian serta informasi sebuah wilayah, dalam hal ini Delanggu.
Ragam kesenian, budaya agraris, wayang dan pakeliran yang adiluhung serta lestari menjadi modal budaya sekaligus modal sosial yang mengeratkan keseharian masyarakat.
"Melalui gelaran Desa Ramah Budaya di Delanggu, para mahasiswa yang melaksanakan kegiatan PPK. Ormawa berkesempatan belajar langsung, mengenai internalisasi budaya dalam keseharian masyarakat Delanggu," ujar Rustamaji.
(*)