Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - 1 Maret 2025 jadi sejarah kelam bagi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).
Kondisi itu berdampak bagi pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi bagian dari keseharian para buruh Sritex.
Pantauan TribunSolo.com, suasana salah satu warung makan di wilayah pabrik Sritex nampak mengurangi jumlah isian makanannya.
Itu setelah 8.475 karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diterbitkan oleh pihak Kurator.
Formulir PHK yang disebarkan tersebut sudah dilakukan sejak 26 Februari 2025 kemarin.
Dinas perindustrian dan Ketenagakerjaan (Disnaker) Sukoharjo menyatakan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tutup permanen pada 1 Maret 2025.
Hari ini menjadi momen terakhir bagi 8.475 karyawan PT Sritex bekerja, sekaligus perpisahan mereka dengan rekan-rekan sejawat.
Namun, perpisahan ini terasa belum lengkap tanpa berpamitan dengan para pedagang di sekitar pabrik, yang selama bertahun-tahun telah menemani mereka dengan berbagai dagangan.
Saat satu per satu karyawan menghampiri para pedagang untuk berpamitan, tangis pun pecah.
Salah satu pemilik warung makan di depan pabrik PT Sritex, Supami mengatakan tak bisa menahan kesedihan saat karyawan berpamitan.
"Bagaimana ya. Perpisahan dengan pembeli sudah 35 tahun, dari umurnya remaja sampai tua ada, saya sangat terharu," kata Supami, Jumat (28/2/2025).
Ia menjelaskan setiap hari mereka beli di warungnya, ada yang sarapan, makan siang, atau sekadar beli kopi.
"Sekarang mereka harus pergi, saya sedih sekali," ujarnya.
Supami juga menyebut para buruh itu sudah seperti keluarganya sendiri.
"Mereka sudah seperti anak saya sendiri. Biasanya mbok maem lawuhe opo (Ibu makan lauknya apa), iya seperti itu namanya juga anak sendiri," terangnya.
Ke depannya Supami belum mengetahui apakah tetap berjualan di wilayah Pabrik Sritex atau tidak.
"Saya sudah tua, saya tidak tahu ke depan seperti apa. Apakah jualan atau tidak belum tahu," tandasnya.
(*)