Lama-kelamaan, komunitas itu tumbuh menjadi sebuah desa kecil.
Karena tanaman cabai begitu identik dengan kehidupan mereka, orang-orang sering menyebut kawasan itu dengan sebutan “Caben-caben.”
Dari situlah nama Desa Cabeyan lahir, sebagai bentuk identitas sekaligus penghormatan terhadap tanaman yang berjasa besar bagi kelangsungan hidup mereka.
Di bawah naungan pohon beringin putih, masyarakat Desa Cabeyan hidup rukun, menjaga tradisi, dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
Mereka menciptakan norma, budaya, dan cara hidup yang diwariskan secara turun-temurun.
(*)