Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pendaki menantang maut di gunung Merapi masih dicari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM).
Bagaimana tidak, pendakian yang diduga dua orang itu dilakukan saat situasi bahaya bahaya.
Pasalnya, gunung Merapi masih berstatus siaga atau berada di level III.
Luncuran awan panas, awan panas guguran, guguran lava hingga erupsi gunung bisa terjadi kapan pun.
Tak salah jika, Balai Penyelidikan dan pengembangan teknologi kegunungapian (BPPTKG) melarang adanya aktivitas pendakian di gunung Merapi.
Selain menelusuri jejak digital, BTNGM juga berkoordinasi dengan BPPTKG yang memiliki kamera CCTV di puncak Merapi.
Koordinator Polisi Kehutanan Balai TNGM, Husni Pramono mengaku jalur yang dilalui pendaki ilegal itu masih ditelusuri.
"Iya kita belum bisa mendapatkan keterangan itu (jalur yang digunakan pendaki ilegal ini)," ujar Husni.
Dia menyebut, dua jalur resmi yakni Jalur Selo dan Sapu Angin, Klaten untuk menuju puncak gunung Merapi.
Namun ada beberapa jalur tikus (jalur) yang bisa dilalui pendaki untuk menuju puncak Merapi.
Seperti kesaksian puluhan pendaki ilegal yang telah dimintai keterangan Juni lalu.
Sedikitnya 20 pendaki ilegal Merapi mengaku, mereka mendaki gunung Merapi ada yang melalui Selo dan juga Cepogo.
"Dan saat ini kami belum tau mereka naik melalui mana gitu," ujarnya.
Baca juga: Terekam di Puncak Merapi saat Berstatus Siaga, Dua Pendaki Ilegal Ini Diburu Balai TNGM Boyolali
Informasi yang diterima TribunSolo.com, pendaki ilegal biasanya melalui jalur ladang warga.
Jalur itu biasanya digunakan warga di lereng Merapi untuk mencari rumput di kawasan penyangga taman nasional.
(*)