Pencabulan Anak di Solo

Perilaku Predator Seksual di Banjarsari Solo : Introvert, Keluar Hanya Saat Salat Jumat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - AI (57), pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Banjarsari, Solo, dikenal sebagai sosok yang sangat tertutup.

Ia jarang terlihat berinteraksi dengan warga dan hanya keluar rumah saat salat Jumat.

Sikap introvertnya menjadi sorotan warga setelah kasus pencabulan terhadap sejumlah anak terungkap.

“Sehari-hari di rumah. Wajahnya aneh. Tidak bisa interaksi masyarakat. Ada kerja bakti, orang meninggal, diam. Tidak bersosial. Kalau Jumat salat Jumat,” jelas salah seorang orang tua korban, R, ditemui TribunSolo.com, Senin (18/8/2025).

PREDATOR SEKSUAL - Ilustrasi kekerasan seksual. Seorang predator seksual berinisial AI ditangkap pihak kepolisian pada Kamis (14/8/2025) di Kecamatan Banjarsari. Kasus pelecehan ini terungkap setelah orang tua korban, R mendapat cerita dari keponakannya yang bercerita aksi bejat pelaku kepada anaknya. (Grafis Tribunwow)

Meski jarang bersosialisasi, rumah pelaku justru sering dijadikan tempat bermain anak-anak.

Belakangan diketahui, hal itu merupakan modus untuk mendekati korban.

“Anehnya kok dijadikan tempat main anak kecil. Sampai seharian senang banget ngemong bocah. Itu buat alibi,” tutur R.

Kasus ini mencuat setelah seorang ibu mendapati anaknya mengalami luka robek di bagian kemaluan.

Ia mengaku hancur saat mengetahui hasil visum dari RS Moewardi.

“Keterangan korban jarinya pelaku sampai ke kemaluan anak saya... Setelah visum benar ternyata terjadi robek anak saya sama N,” ungkap R.

Baca juga: Kronologi Ditangkapnya Predator Seksual dari Banjarsari Solo : Harus Menunggu 3 Bulan

Awalnya, sang ibu mengetahui dugaan pencabulan dari cerita keponakannya. Ia kemudian mengumpulkan kesaksian dari anak-anak lain yang diduga menjadi korban.

“Pertama itu keponakan saya Q itu cerita ke adik saya M bahwa yang namanya A melakukan pencabulan... Terus langsung anak itu saya kumpulkan korbannya N, F, S. Saya kumpulkan sore itu juga,” jelasnya.

Meski gemetar dan takut, ia memberanikan diri melapor ke berbagai pihak, termasuk PPA Kelurahan, RT, RW, dan Polresta Surakarta. Laporan resmi dibuat pada 6 Juni 2025.

“Saya kumpulkan sambil sama ndredeg takut namanya baru pertama kali... Tanggal 6 Juni idul adha saya lapor ke PPA Polresta Surakarta,” tutur R.

Halaman
12

Berita Terkini