Klaten Bersinar
Kirab Ogoh-ogoh Tikus dan Tradisi Wiwitan Warnai Festival Mbok Sri di Delanggu Klaten, Ini Maknanya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Warga menggelar kirab ogoh-ogoh tikus dan tradisi wiwitan dalam rangkaian Festival Mbok Sri ke-8 di Dusun Kaibon, Desa dan Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (7/9/2025).
Festival ini merupakan perayaan petani wilayah Delanggu, khususnya dari Sanggar Rojolele.
Pendiri Sanggar Rojolele, Eksan Hartanto, mengatakan festival yang diangkat bertajuk sewindu di Delanggu bertema seni bertahan petani.
Baca juga: Serunya Touring Wisata Paguyuban Honda Klaten Bersinar, jadi Ajang Promosi Wisata Daerah
"Kami ingin menegaskan, bahwa setelah kami organisir selama 8 tahun lebih profesi petani bukan lagi bidang hidup. Lebih menjadi sekedar seni bertahan," ujar Eksan.
Dalam perayaan festival yang telah digelar selama 8 kali ini, banyak agenda program yang dimasukkan pada acara yang dilakukan selama tiga hari.

"Ini banyak yang spesial di antaranya program pertunjukan dan program non pertunjukan. Untuk program pertunjukan kami mengakomodir banyak seni tradisi, seni kontemporer, seni modern, berbagai disiplin seni baik seni fotografi, seni lukis, kemudian seni boga," kata Eksan.
Selain itu, juga dilakukan diskusi publik, loka karya, serta fun dining experience 'Sadono Set Rijsttafel'.
Baca juga: Pemkab Klaten Terapkan Absensi Siang dan Malam Bagi Siswa, untuk Tekan Kenakalan Remaja
Seluruh kegiatan, melibatkan segala usia. Baik anak, remaja, pemuda, maupun orang tua.
Dalam kegiatan kirab, dilakukan bersama warga masyarakat berbagai kalangan di Desa Delanggu.
Kirab membawa ogoh-ogoh berbentuk tikus, gunungan hasil bumi, gunungan pari, serta jajan pasar.
Rute kirab, dilakukan sepanjang 2,5 km mengelilingi lahan pertanian desa setempat.
Rangkaian kirab, disambung ritual tradisi wiwitan di persawahan.
Baca juga: Sadono Set Rijsttafel, Makanan Nusantara Disajikan Ala Eropa di Festival Mbok Sri ke-8 Klaten
Wiwitan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan para petani sebelum melakukan panen, hal ini sebagai bentuk ucap syukur atas limpahan hasil panen yang diterima.

Wiwitan terdiri dari makanan nasi, sayuran terancam, ayam ingkung, dan jajanan pasar.
Sembari membagikan wiwitan, dilakukan pula pentas dengan penari yang melambangkan Dewi Sri atau Dewi Padi.
Salah satu warga yang juga petani, Hartini (64) mengatakan bila wiwitan masih menjadi tradisi yang dilakukan para petani setempat.
"Setiap hari begini (kalau panen), lha bojone (suami) tani," ucapnya.
Tradisi wiwitan dilakukan olehnya, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen.
Tak melulu panen padi, wiwitan juga ia lakukan ketika memanen ketela. (*/adv)