Petani Melon Sragen

Petani Melon Sragen Kesulitan Pasarkan Panen, Harap Diserap Program MBG

Petani Melon di Sragen kesulitan memasarkan produk. Mereka berharap bisa diserap oleh program MBG.

TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
BINGUNG. Petani panen melon premium di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen sedang memanen melon. Mereka mengeluhkan kebingungan memasarkan melon. 
Ringkasan Berita:
  • Petani melon premium di Desa Jambanan, Sragen, kesulitan menjual buah grade B dan C meski panen 2–3 ton per green house.
  • Petani berharap hasil panen bisa diserap program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar panen cepat habis dan semangat menanam tetap terjaga.
  • Anggota DPRD Sragen, Fathurrahman, mendorong pemerintah dan MBG menyerap buah lokal sebagai bagian ketahanan pangan.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Petani melon premium di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, tengah menghadapi kesulitan memasarkan hasil panennya meski produksi melimpah.

Dari 11 green house di desa tersebut, sekali panen bisa menghasilkan 2–3 ton melon premium.

Sigit Haryanto (35), perwakilan Kelompok Tani Pemuda Brojodento, mengungkapkan kendala utama adalah memasarkan buah dengan grade B dan C.

“Alhamdulillah hasil panen ada yang bagus, ada yang kurang bagus. Saya bingung, misal buah grade B dan C itu dipasarkan kemana,” ujarnya kepada TribunSolo.com.

Sigit menambahkan, pihaknya sudah menanam melon selama empat tahun.

Penyerapan di kalangan warga sekitar semakin menurun, tetapi petani tetap melayani pembeli.

Meski begitu, semangat para petani tidak surut.

“Yang penting semangatnya dulu, nanti hasil grade A atau B dipikir belakangan,” kata Sigit.

Petani melon kebingungan
HASIL PANEN. Penampakan melon premium di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Saat ini mereka sedang kebingungan memasarkan melon.

Berharap Dilibatkan Program MBG

Para petani berharap hasil panen melon premium mereka dapat diserap dalam program pemerintah, terutama Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Kalau pihak MBG bisa menyerap hasil panen, panen sekali habis, kita semangat lagi, tanam lagi,” harap Sigit.

Anggota DPRD Kabupaten Sragen, Fathurrahman, menegaskan keluhan para petani perlu mendapat perhatian pemerintah.

Baca juga: Asal Mula Nama Didik Melon, Panggilan Akrab Didik Haryadi yang Viral Jalan Kaki Jakarta-Boyolali

Ia mendorong agar MBG di Sragen dapat menyerap buah lokal.

“Ini bagian dari program ketahanan pangan. Kulakan buah lokal bisa diberikan kepada murid. Misal satu buah Rp 50.000, kalau dipotong-potong jadi 60 iris, satu iris tidak ada Rp 1.000. Pemilik MBG harus mempertimbangkan ini,” ujarnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved