Fakta Menarik Tentang Boyolali

Asal-usul Nama Kecamatan Teras Boyolali : Ada Legenda Nyi Ageng Pandan Arang Bertanya Arah Jalan

Nama Teras tidak tercatat dalam naskah kuno seperti Babad Pengging maupun dokumen era Kerajaan Demak dan Pengging.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Tri Widodo
SEJARAH DI BOYOLALI - Suasana Umbul Langse yang ada di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Inilah asal-usul nama Kecamatan Teras. 
Ringkasan Berita:
  • Teras Boyolali memiliki 13 desa, wilayah agraris, dan lokasi strategis Solo–Semarang, dengan panorama Merbabu dan pertumbuhan ekonomi pesat.
  • Asal-usul nama berasal dari legenda perjalanan Ki Ageng & Nyi Ageng Pandan Arang, termasuk kisah “Baya Lali” dan jawaban “Teras/terus” dari warga.
  • Wisata Panorama Boyolali jadi ikon baru: kolam alami Umbul Sungsang, air terjun mini, tiket terjangkau, dan fasilitas ramah keluarga.

 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Kecamatan Teras merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan potensi wisata besar di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Selain lokasinya yang strategis di jalur Solo–Semarang, Teras menyimpan legenda panjang sejak era penyebaran Islam, serta menjadi rumah bagi destinasi wisata air yang tengah naik daun.

Pantauan TribunSolo.com, suasana asri masih terlihat di Teras.

Baca juga: Asal-usul Pracimantoro : Dulu Kawasan Kekuasaan Mangkunegaran, Kini Wilayah Paling Sibuk di Wonogiri

Di sini sejauh mata memandang, mayoritas tanaman yang ditanam warga adalah padi dan jagung.

Pengendara bisa melihat panorama Gunung Merbabu dari kejauhan.

Profil Kecamatan Teras

Secara administratif, Kantor Kecamatan Teras berdiri di kawasan jalur utama Solo–Semarang. Kecamatan ini menaungi 13 desa, yakni:

  • Bangsalan
  • Doplang
  • Gumukrejo
  • Kadireso
  • Kopen
  • Krasak
  • Mojolegi
  • Nepen
  • Randusari
  • Salakan
  • Sudimoro
  • Tawangsari
  • Teras

Letaknya berbatasan dengan:

Utara & Timur Laut: Kecamatan Sambi

Timur: Banyudono & Sawit

Tenggara: Polanharjo, Kabupaten Klaten

Selatan & Barat Daya: Tulung, Kabupaten Klaten

Barat: Mojosongo

Barat Laut: Kaliwungu, Kabupaten Semarang

Kombinasi desa-desa agraris, zona pemukiman, dan jalur transportasi regional menjadikan Teras sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Boyolali.

Baca juga: Asal-usul Ponten Ngebrusan Solo: Jejak Arsitektur Kolonial dan Revolusi Hidup Sehat di Kota Bengawan

Asal-usul Nama Teras dalam Babad Pengging

Meski kini dikenal luas, nama Teras tidak tercatat dalam naskah kuno seperti Babad Pengging maupun dokumen era Kerajaan Demak dan Pengging.

Asal-usulnya justru lahir dari kisah rakyat yang mengaitkannya dengan perjalanan tokoh penting, Ki Ageng Pandan Arang, Bupati Semarang abad ke-16 yang dikenal sebagai Tumenggung Notoprojo.

Dia disebut sebagai calon Wali penutup menggantikan Syekh Siti Jenar, sesuai ramalan Sunan Kalijaga.

Atas perintah sang wali, Ki Ageng melakukan perjalanan dari Semarang menuju Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk menyebarkan ajaran Islam.

Baca juga: Asal-usul Kelurahan Semanggi Solo: Nama Diambil dari Tumbuhan Rawa, Ada Jejak Dermaga yang Hilang

Perjalanan panjang itu penuh ujian:

Ia dirampok oleh tiga orang yang mengira dirinya membawa harta, di sebuah hutan yang kini diyakini menjadi wilayah Sala Tiga (Salatiga).

Ia melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah yang banyak ditumbuhi bambu kuning (bambu ampel), yang kemudian dikenal sebagai Ampel, salah satu kecamatan di Boyolali.

Lahirnya Nama Boyolali

Saat semakin jauh dari keluarga, Ki Ageng beristirahat di sebuah batu besar di tengah sungai. Ia berkata, “Baya wis lali wong iki,” yang bermakna “Sudah lupakah orang ini?” Ucapan itu kemudian dipercaya melahirkan nama Boyolali, yang berasal dari “Baya–Lali.”

Batu besar di Kali Pepe dan batu menyerupai dakon di depan Pasar Sunggingan diyakini sebagai tempat istirahat Ki Ageng dan istrinya, Nyi Ageng Pandan Arang.

Asal-usul Nama Teras

Menurut tradisi lisan, Nyi Ageng melanjutkan perjalanan seorang diri.

Ia bertanya tentang arah kepada penduduk lokal, yang menjawab dengan kata “Teras,” atau “Terus,” dalam bahasa Jawa.

Dari percakapan inilah nama Teras diyakini berasal.

Ada pula keyakinan bahwa peristiwa itu terjadi di sekitar Umbul Langse (Umbul Nglebak) di Dukuh Lebak, Desa Nepen, Kecamatan Teras, tempat Nyi Ageng disebut sempat membersihkan diri.

WISATA DI BOYOLALI - Pengunjung wisata Panorama Boyolali tengah menikmati wahana permainan air, Kamis (3/4/2025).
WISATA DI BOYOLALI - Pengunjung wisata Panorama di Teras, Boyolali, tengah menikmati wahana permainan air, Kamis (3/4/2025). (TRIBUNSOLO.COM/Tri Widodo)

Wisata Unggulan

Selain sejarahnya yang kuat, Teras kini dikenal dengan salah satu ikon wisata air terbesar di Boyolali, yakni Wisata Panorama Boyolali.

Destinasi ini dibuka pada masa Lebaran 2023 dan langsung menarik perhatian wisatawan karena memadukan keindahan lembah sungai dan kesegaran mata air alami.

Panorama Boyolali terletak di area lembah yang dialiri mata air Umbul Sungsang, salah satu umbul besar di Boyolali.

Airnya yang jernih kemudian dialirkan ke beberapa kolam renang alami.

Baca juga: Asal-usul Monumen Setya Bhakti di Sriwedari, Berisi Makam 23 Pejuang Solo yang Berani Lawan Belanda

Selain itu, terdapat aliran dari tebing yang dimanfaatkan sebagai air terjun mini.

Dengan luas lahan mencapai 4 hektare, baru setengahnya yang digarap, area ini cukup lapang untuk keluarga, anak-anak, hingga lansia.

Penanggung jawab Wisata Panorama, Joko Mulyono, mengatakan air terjun minimnya sangat diminati wisatawan lanjut usia.

“Air terjun mini menarik bagi lansia karena menurut mereka, saat mandi di bawahnya rasanya seperti terapi dipijat,” ujarnya.

Fasilitas, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Tiket masuk: Rp 10.000/orang (anak-anak, dewasa, lansia sama)

Fasilitas gratis: kolam renang, area bermain air, air terjun mini

Wahana berbayar:

River tubing: Rp 10.000

Kuda poni: Rp 10.000

Jam buka: 08.00–17.00 WIB

Selain bermain air, pengunjung juga dapat bersantai di saung-saung yang disediakan sembari menikmati aliran sungai dan kuliner lokal.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved