Kasus Demam Berdarah di Karanganyar
Hingga Penghujung 2025, DBD-Leptospirosis Renggut 6 Nyawa di Karanganyar, Dinkes : Waspada Penghujan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Kabupaten Karanganyar.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Putradi Pamungkas
Ringkasan Berita:
- Hingga minggu ke-43 tahun 2025, enam warga Karanganyar meninggal akibat DBD (2 kasus) dan Leptospirosis (4 kasus)
- DBD tercatat 629 kasus dengan CFR 0,3 persen, sedangkan Leptospirosis 34 kasus dengan CFR 11,8 % , jauh di atas target nasional
- Dinkes mengingatkan kewaspadaan musim hujan, mengaktifkan PSN, pemantauan jentik, serta segera periksa bila muncul gejala
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Kabupaten Karanganyar.
Hingga Minggu ke-43 tahun 2025, tercatat enam warga meninggal dunia akibat dua penyakit menular tersebut.
Plt Sekretaris Dinas Kesehatan Karanganyar, Dwi Rusharyati, menjelaskan bahwa dari enam korban meninggal, dua di antaranya akibat DBD dan empat lainnya karena Leptospirosis.
“Kondisi ini sebagai peringatan keras untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama memasuki musim penghujan,” ujar Dwi, Kamis (20/11/2025).
Kasus DBD di Karanganyar mencapai 629 dengan dua kematian yang terjadi di Kecamatan Jaten dan Jumapolo.
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) berada pada 0,3 persen, masih dalam batas toleransi Kementerian Kesehatan.
Meski begitu, Dwi menekankan bahwa keterlambatan penanganan menjadi faktor krusial.
“Setiap kematian menunjukkan masih adanya kasus yang terlambat ditangani atau faktor lingkungan yang tidak terkendali. Masyarakat harus lebih cepat memeriksakan diri saat demam,” ungkap Dwi.
Sementara itu, situasi Leptospirosis dinilai lebih mengkhawatirkan.
Dari 34 kasus yang tercatat, terdapat empat kematian sehingga CFR mencapai 11,8 persen, jauh melampaui target nasional di bawah 1 persen.
Kematian terjadi di wilayah Gondangrejo, Kebakkramat, dan Colomadu.
Penyakit ini banyak menyerang warga berusia di atas 44 tahun dan erat kaitannya dengan kondisi lingkungan berisiko tinggi.
“Banyak pasien datang sudah dalam kondisi berat. Leptospirosis membutuhkan penanganan cepat dan kami minta masyarakat berhati-hati terutama yang bekerja di sawah, got, atau daerah banjir,” imbuh Dwi.
Dinas Kesehatan juga mencatat masih adanya puskesmas dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di bawah standar 95 persen, seperti di Jumantono, Jatiyoso, Jaten II, Kebakkramat II, dan Jumapolo. Kondisi ini meningkatkan risiko penularan DBD, terutama saat curah hujan meningkat.
| Petaka Kecelakaan Kijang ‘Kembar’ di Karanganyar, Berawal dari Sopir Mengantuk |
|
|---|
| BREAKING NEWS: Kecelakaan Maut Truk vs Pikap L300 di Boyolali, Satu Tewas |
|
|---|
| Ada RS Jantung Emirates Indonesia di Solo, Mangkunegaran Wacanakan Program Wellness Bernuansa Lokal |
|
|---|
| Harga Emas di Solo Kamis 20 November 2025, Harga Emas Antam Naik Lagi Per Gram Rp2.578.000 |
|
|---|
| Kelakar Pelatih dan Pemain Persija soal Gol Nominasi Puskas Rizky Ridho, Mauricio: Hoki |
|
|---|
