Bom Bunuh Diri Serang Gereja di Surabaya
Mengutuk Keras Aksi Teror di Surabaya, Ustad Felix Siauw: Tidak Ada Manusia yang Layak Disakiti
"Kita meyakini, agama apapun tidak pernah membolehkan untuk melakukan tindakan melampaui batas, sebagaimana teror bom di beberapa gereja di Surabaya"
Penulis: rika apriyanti | Editor: rika apriyanti
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rika Apriyanti
TRIBUNSOLO.COM - Aksi bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (13/5/018) pagi di Surabaya mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Banyak tokoh di Negeri ini yang mengutuk aksi tersebut.
Satu diantaranya adalah Ustad Felix Siauw.
Melalui unggahan terbarunya di Instagram, Ustad Felix mengucapkan turut beduka cita untuk para korban.
Dalam tulisan yang dia beri judul 'Hati untuk Surabaya', Ustad Felix juga mengutuk keras aksi teror yang terjadi pagi hari ini.
Baca: Pasca Bom Surabaya, Pengamanan Gereja Santo Antonius Purbayan Solo Diperketat
Hati Untuk Surabaya
Kita meyakini, agama apapun tidak pernah membolehkan untuk melakukan tindakan melampaui batas, sebagaimana teror bom di beberapa gereja di Surabaya, apalagi Islam
Karenanya kita sama-sama mengutuk keras aksi teror yang terjadi itu, sekaligus berduka atas korban yang timbul dari hal semisal itu, atas nama apapun itu
Sebab tidak ada satupun manusia yang layak untuk disakiti oleh manusia yang lain, apalagi sesama ummat beragama yang sama-sama ingin mencapai kebaikan di dunia
Dari sudut pandang Islam, perkara semisal ini tidak pernah dibenarkan. Sebab satu nyawa manusia saja Allah larang untuk dihilangkan, apalagi tindakan biadab semisal teror bom
Baca: Bermodalkan Bambu, Pria Mojogedang Karanganyar Ini Bangkitkan Lagi Kapal Majapahit
Sedangkan bila kita ingin melihat dari sudut pandang yang lain. Kita juga harus paham, bahwa aksi teror itu senantiasa terkait dengan banyak hal, tidak hanya satu hal
Yang perlu dipertanyakan adalah, "Siapa paling diuntungkan dan dirugikan dengan adanya hal semisal ini?". Sebab dari situ kita bisa berpikir bijak dan tidak membabi buta dalam satu hal
Kasus 9/11 misalnya, memakan banyak sekali korban, dan langsung diarahkan pada Muslim, seolah hal itu jihad dan dibenarkan dan diajarkan dalam agama Islam
Hasilnya? Kaum Muslim di seluruh dunia merugi, mereka dicitrakan buruk, diperlakukan kasar, dianggap bertanggung jawab atas kekerasan yang tak diajarkan pada mereka
Baca: Berry/Hardianto Raih Gelar Juara Australian Open 2018
Logikanya, bila kaum Muslim adalah yang paling dirugikan bukan yang diuntungkan dari peristiwa 9/11 itu, mengapa kaum Muslim repot menyengsarakan dirinya sendiri?
Senada dengan itu, yang jelas kejadian yang baru terjadi di Surabaya ini bisa menjadi pemicu ketegangan antarumat beragama, yang tentu tidak kita inginkan
Sebagai Muslim, tentu tanggung jawab kita menjelaskan pada semua pihak, bahwa Islam sebagai agama, tidak pernah membenarkan aksi-aksi biadab semisal ini
Adapun andai aksi semisal ini sengaja dibuat untuk menimpakan fitnah terhadap kaum Muslim atau kaum manapun, maka mudah-mudahan Allah membalikkan pada pelakunya " Tulis @felixsiauw
Update terbaru yang dilansir TribunSolo.com dari Kompas.com, korban tewas ada 10 orang dan 41 lainnya terluka.
Ledakan di sejumlah gereja itu disebut terjadi saat Muspida Jatim sedang menggelar acara istighotsah dan doa bersama di halama Markas Polda Jatim di Jalan Ahmad Yani Surabaya.
Acara yang digelar dalam rangka Hari Bhayangkara ke-72 sekaligus doa bersama untuk Pilkada Jatim agar berjalan lancar dan damai.
Selain dihadiri Gubernur Jatim, Soekarwo, acara tersebut juga dihadiri Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Arip Rahman, serta puluhan ulama se-Jawa Timur.
Baca: Sering Dianggap Bikin Lemot, Micin Ternyata Ampuh Suburkan Tanaman!
Presiden Joko Widodo pun dikabarkan telah bertolak ke Surabaya.
Dengan kunjungan ini, Presiden membatalkan dua agenda yang rencananya dihadiri pada Minggu ini.
Pengamatan Kompas.com, Presiden Jokowi bertolak dari Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pukul 13.30 WIB, menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.
Ikut mendampingi Presiden, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. (*)