Sujiwo Tejo Kritik Pihak yang Mengukur Kemampuan Kepemimpinan Melalui Tolak Ukur Sembahyang
Sujiwo Tejo memberikan kritik terhadap kondisi bangsa melalui gurauan dan cara yang nyentrik, apakah kritiknya senyentrik penampilannya?
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNSOLO.COM - Seniman sekaligus budayawan Sujiwo Tejo berkicau tentang tolak ukur memilih presiden.
Hal ini disampaikan oleh Sujiwo Tejo melalui kicauan Twitternya, Kamis (13/12/2018).
Dalam kicauannya, Sujiwo Tejo mengungkapkan tentang percakapan para Punawakawan.
Punakawan ini terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
• Mahfud MD Sampaikan Duka kepada Said Didu, Sujiwo Tedjo Justru Bangga
Tentunya, percakapan tersebut sarat makna dan kritik sosial.
Sebagaimana diketahui, Sujiwo Tejo yang kerap tampil nyentrik ini memang kerap mengkritik lewat gurauan, parodi maupun lewat karya-karya yang ia ciptakan.
Dalam percakapan tersebut, Gareng mengatakan bahwa untuk mengukur sesuatu perlu memakai alat ukur yang tepat.
Seperti saat mengukur panjang, maka alat ukurnya adalah meteran, bukan memakai termometer.
Menanggapi pernyataan Gareng, Petruk setuju dan menimpali bahwa termometer adalah alat untuk mengukur suhu tubuh.
Bagong kemudian menyeletuk di antara Gareng dan Petruk dan meminta kedua saudaranya itu untuk tidak berbasa-basi.
"Halah bilang aja 'mau milih presiden kok ukurannya bisa memimpin sembahyang atau tidak'. Gitu aja kok repot!," kata Bagong.
Sedangkan Semar yang mengetahui percakapan ketiga anaknya tersebut hanya tertawa.
Berikut ini percakapan lengkapnya Punokawan yang dikicaukan oleh Sujiwo Tejo.
"Gareng: Mau ngukur panjang ya pakai meteran. Jangan pakai termometer.
Petruk: Setuju. Termometer itu untuk ngukur suhu bodi.