Jurnalis Reuters Ditahan karena Meliput Pembantaian Rohingya
Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J Adler berkata, sebelumnya fokus utama mereka adalah memastikan keselamatan Lone dan Oo
TRIBUNSOLO.COM - Kantor berita Reuters memaparkan apa yang sebenarnya dialami oleh dua jurnalisnya yang ditahan aparat Myanmar.
Dilansir Al Jazeera Jumat (9/2/2018), Reuters menyatakan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo ditahan karenameliput pembantaian terhadap Rohingya.
Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J Adler berkata, sebelumnya fokus utama mereka adalah memastikan keselamatan Lone dan Oo.
Setelah mendengar kondisi terkini, Adler menjelaskan mereka langsung memutuskan untuk mempublikasikan temuan dua reporternya.
Baca: Mengintip Foto Kehamilan Rinni Wulandari. Benarkah Terlalu Umbar Aurat? Yuk Cek!
Temuan itu adalah gambar eksekusi yang dilakukan militer Myanmar terhadap 10 orang laki-laki Rohingya di Desa Inn Dinn, 2 September 2017.
10 orang itu ditembak di sebuah lapangan, sebelum kemudian jenazah mereka dimasukkan dalam kuburan massal.
Tidak hanya foto, Reuters mengatakan Lone dan Oo telah menerima keterangan pengakuan dari warga Myanmar yang ikut dalam pembantaian tersebut.
"Kami memutuskan mempublikasikannya karena hal ini sudah menjadi perhatian global," kata Adler, dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com.
Baca: Peminat Kereta Bandara Soekarno-Hatta Rendah, Menhub Tawarkan Solusi Penambahan Jadwal
Reuters via Al Jazeera melaporkan, usia ke-10 korban Rohingya itu berkisar antara 17-45 tahun.
Mereka semua berasal dari latar belakang berbeda; siswa sekolah, nelayan, petani, maupun pemilik toko.
Abdu Shakur, ayah salah satu korban yang bernama Rashid Ahmed berkata, awalnya militer Myanmar mengatakan bahwa putranya bakal baik-baik saja.
"Mereka (militer) berkata kepada saya untuk jangan khawatir"
"Sebab, mereka hanya membawanya untuk ikut suatu pertemuan," kata Shakur.