Isi Seminar di Sukoharjo, Ketua NII Crisis Center: Hoak dan Radikalisme adalah Satu Paket
Amir Institute bersama Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar seminar dengan mengangkat tema 'Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Radikalisme'.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Fachri Sakti Nugroho
Laporan wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Amir Institute bersama Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar seminar dengan mengangkat tema 'Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Radikalisme' di Hotel Best Western, Selasa (18/12/2018).
Dalam seminar ini, hadir tiga narasumber yaitu Dr. Amir Mahmud (Direktur Amir Institute), Yudi Zulfahri (Mantan Napi Teroris), Ken Setiawan (Ketua NII Crisis Center) yang dipandu wartawan senior Muchus Budi Rahayu.
Dalam materinya, Dr. Amir Mahmud mengungkapkan jika isu agama merupakan isu yang paling empuk untuk ditunggangi kepentingan-kepentingan berbagai pihak.
"Jika radikalisme sudah meraja-rela, bahkan negara besar yang memiliki sejarah yang kuat akan hancur," katanya.
• Napi Teroris asal Klaten, Wawan Prasetyawan, Meninggal Dunia di Lapas Nusakambangan
Amir menjelaskan Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari berbagai agama, suku, dan kelompok. Sehingga ia mewanti-wanti agar negara ini tidak disibukan dengan isu-isu antar kelompok.
"Negara kita demokratis kita bebas berpendapat, dan kita bebas menentukan pilihan kita," kata Amir kepada puluhan mahasiswa yang hadir dalam seminar.
Amir menjelaskan pengalamanannya selama di Palestina pada pada tahun 1980-an, "Negara kita menjadi negara untuk bergantungnya negara-negara Islam di luar Irak dan Saudi, namun sebelum itu kita harus menyelesaikan masalah internal kita seperti perpecahan."
Hal ini karena Indonesia adalah negara besar yang mempunyai penduduk mayoritas Islam.
Sementara itu, Mantan teroris dari Aceh, Yudi Zulfahri menekankan kepada kaum milenial untuk mengantisipasi berita hoax. Terlebih di tahun politik.
"Anak-anak muda harus paham mana berita yang hoax yang bukan, ini penting karena hoax bisa menjadi paham radikalisme," kata Yudi.
• Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya Singgung Peran Media Sosial terkait Maraknya Aksi Terorisme
Yudi berharap para kaum milenial mampu memfilter berita yang tersebar di sosial media dan menjadi agen-agen perdamaian yang bebas hoax dan paham radikalisme.
"Sumber berita dan media harus ditelusuri, sudah terverifikasi apa belum, jika tidak tanyakan pada orang yang ahli terlebih dahulu," tips dari Yudi menyikapi berita hoax.
Hal senada juga diungkapkan oleh mantan anggota Ken Setiawan, yang mengungkapkan hoax dan radikalisme adalah satu paket.
"Saat saya memprospek anggota NII baru, kebohongan itu halal karena itu sebuah strategi."
"Kita harus kritis, biarpun mereka membawa sesuatu yang berbau agama dan kitab suci kita harus memkritisi dan mempelajari terlebih dahulu," kata Ken.
"Kini banyak kelompok yang berkedok nasionalisme, mereka seolah pro terhadap Pancasila, padahal mereka ingin menggulingkan Pancasila, ini yang harus diwaspadai," imbuhnya.
• Dikelola Mantan Napi Terorisme, Pop Warung Diharapkan Mampu Saingi Mini Market
Hadir juga dalam pertemuan tersebut, Kombes Pol Yosef Sriyono Joko Handono.
Yosef mengungkapkan media dan berita hoax sangat mengganggu persatuan dan kesatuan.
"Awalnya mengarah pada intoleransi, lalu ekstrimis, dan pada akhirnya menjadi terorisme, ini yang kita cegah," terang Yosef.
Yosef berharap warga Indonesia mampu bersatu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa, melawan kelompok-kelompok yang intoleransi, sehingga perilaku radikalisme bisa dicegah. (*)