Warti Penghuni Rumah Gedek di Polokarto Sukoharjo akan Terima 3 Jenis Bantuan Pemerintah
Pemkab Sukoharjo memastikan Warti, warga Dusun Wonosari RT 02/RW 06, Mranggen, Polokarto, Sukoharjo, mendapat bantuan dari pemerintah.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo memastikan Warti, warga Dusun Wonosari RT 02/RW 06, Mranggen, Polokarto, Sukoharjo, mendapat bantuan dari pemerintah.
Hal tersebut disampaikan Sekda Kabupaten Sukoharjo, Agus Santoso, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (4/2/2019).
"Warti masuk Basis Data Terpadu (BDT) kemiskinan, jadi dia mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)," katanya.
Dari PKH tersebut, Warti mendapat bantuan untuk sekolah anaknya dan tanggungan ibu hamil.
"Namun PKH ada sanksi, presentase kehadiran 85 persen untuk siswa penerima maupun ibu hamil yang menggunakan PKH," katanya.
Jika presentase kehadiran kurang dari 85 persen, maka akan ada sanksi berupa potongan.
"Jadi biaya sekolah anaknya sudah dicukupi pemerintah," katanya.
Selanjutnya, Agus menambahkan bahwa Warti menerima bantuan pangan nontunai yang secara rutin diberikan sebesar Rp 110 ribu.
• Pemerintah Desa Siap Bangun Ulang RTLH Milik Warti di Desa Mranggen, Polokarto, Sukoharjo
Yang nanti bisa ditukarkan berupa beras dan telur.
Warti juga menerima Kartu Indonesia Sehat (KIS), sehingga kesehatan dan pengobatannya sudah dijamin oleh pemerintah.
"Banyak yang sudah dilakukan oleh pemerintah, paling tidak tiga program," katanya.
Hal tersebut disampaikan Agus terkait pemberitaan yang simpang siur mengenai kondisi Warti dan keluarganya yang berkembang di medsos.
"Hal ini kami sampaikan untuk memberi klarifikasi terkait pemberitaan yang beredar mengenai warga miskin di Sukoharjo," katanya.
Warti Tinggal di Rumah Gedek
Sebelumnya, diberitakan TribunSolo.com, satu keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan dua orang anaknya harus rela menempati rumah yang bisa dibilang tak layak huni.
Warti asal Dusun Wonosari RT 02/RW 06, Mranggen, Polokarto, Sukoharjo, ini menempati rumah semi permanen dengan dinding dari anyaman bambu (gedek) dan kayu.
Di dinding tertempel beberapa MMT untuk menutupi dinding rumah yang bolong.
Pondasi rumah ini juga hanya dari beberapa bambu dan kayu menjulang tinggi sekitar 4-5 meter untuk meyangga rumah.
"Dulu suami saya membangun rumah ini, setelah membeli tanah seluas 17 x 9 meter, namun setelah rumahnya jadi, suami saya sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal," kata Warti, Sabtu (2/2/2019).
Sudah lima tahun Warti dan kedua anaknya menempati rumah berukuran 6 x 6 meter ini.
• Kisah Warti setelah Suami Meninggal: Tinggal di Rumah Gedek hingga Anak yang Terpaksa Putus Sekolah
Rumah masih beralaskan tanah, ada sebuah tikar yang digelar di dalam kamar satu-satunya di rumah ini untuk mereka membaringkan badan.
Tidak ada kamar mandi di rumah ini.
Untuk kebutuhan di kamar mandi, keluarga Warti memakai kamar mandi di rumah orang tuanya yang jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya.
Ada sebuah TV tabung berukuran 14 inch sebagai satu-satunya hiburan di dalam rumah itu.
Dua buah lampu bolam yang menerangi rumah ini, meski listrik masih disalurkan dari rumah tetangganya, dengan membayar Rp 20-30 ribu/bulan.
Pekerjaan sebagai seorang petani musiman yang menggarap sawah orang lain, membuat Warti hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan Rp 70 ribu jika saat musim panen.
"Jika tidak musim panen, ya di rumah saja," katanya.
Anak Berhenti Sekolah
Kedua anaknya bernama Angga Sri Widodo (13) dan Rico Adi Pratama (7) saat ini sudah mengenyam pendidikan di SD Negeri 2 Mranggen dan TK Mranggen 2.
Karena berada di bawah garis kemiskinan, membuat Angga mendapat perlakuan berbeda oleh teman-teman sekolahnya, sehingga dia tidak mau sekolah lagi.
"Saya berhenti sekolah sudah satu tahun ini saat kenaikan kelas lima ke kelas enam, kalau di sekolah teman-teman enggak mau bicara sama saya," kata Angga.
Di sisi lain, Angga mengaku masih ingin bersekolah untuk menggapai cita-citanya yang ingin memiliki sebuah bengkel motor.
Angga mengaku selama ini ikut membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja serabutan.
"Kalau tetangga manggil minta bantu-batu saya bantuin, biasa diberi Rp 15-20 ribu, uangnya buat beli makanan," katanya. (*)