Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Jelang Munas di Solo, Pinsar Petelur Nasional Berharap Pemerintah Mengevaluasi HPP Telur

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Petelur Nasional berharap pemerintah mengevaluasi kembali terkait Harga Pokok Produksi telur.

Penulis: Garudea Prabawati | Editor: Fachri Sakti Nugroho
TribunSolo.com/Garudea Prabawati
Jumpa Pers Munas PPN 2019 di Solo, Selasa (23/4/2019).  

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Garudea Prabawati

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Petelur Nasional (PPN) mendorong agar pemerintah mengevaluasi kembali terkait penerapan Harga Pokok Produksi (HPP) telur.

"Hal ini dikarenakan sampai dengan saat ini pemerintah belum menentukan koefisiensi HPP dari telur," kata Yudianto Yosgiarso selaku Ketua Presidium PPN, kepada awak media saat ditemui dalam Jumpa Pers kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) PPN 24-25 April 2019, di Solo, Selasa (23/4/2019).

Pihaknya berujar rantai penentuan harga telur ditentukan oleh penggunaan bahan baku produksi.

Yang paling penting dalam produksi adalah komoditas jagung.

Pinsar Jawa Tengah: Bibit Ayam Ras Over Supply, Normalnya 50 Juta, Kini 75 Juta Ekor per Minggu

Biaya jagung berkontribusi 50 persen dari total biaya produksi pakan ternak.

"Katakanlah ketika harga jagung naik Rp 1000 berarti harga pakan otomatis harga pakan mengalami kenaikan Rp 500, karena 50 persen pakan kebutuhannya adalah jagung," katanya.

Terlebih lagi harga jagung itu seperti komoditas emas, setiap hari bisa berubah harganya, fluktuatif sekali.

"Terkait dinamika jagung kami melihat ada dua sisi kepentingan yang menyebabkan bertolak belakang, satu sisi Pemerintah ingin mengangkat kedaulatan petani jagung tapi satu sisi menyebabkan kesulitan peternak ayam," katanya.

Pinsar Jateng Desak Pemerintah Stabilkan Harga Komoditas Ayam di Pasaran

Pihaknya melanjutkan tahun 2015 awal penghentian impor jagung, positifnya jagung lokal banyak digunakan dalam pakan, membuat produksi telur lebih baik.

Dan jagung lokal ini kualitasnya lebih baik dari jagung impor.

Bila impor stop jagung lokal, berlimpah produksi ayam lebih baik.

Tapi yang terjadi waktu itu ketika stop impor, harga jagung melonjak, bahkan awal 2016 jagung menyentuh Rp 5600 sampai Rp 6000.

"Lantas kran impor jagung kembali dibuka, kami pun saat ini telah terbantu mudah mendapatkan jagung atas sinergi pemerintah dengan Bulog," imbuhnya.

Adanya impor jagung tersebut, peternak layer rakyat dibantu kebutuhan jagung untuk pakan sebanyak 130 ribu untuk periode pertama.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved