Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Dagang Manusia di China, Wanita Korea Utara Bisa Dinikahi hanya dengan Harga Rp 2 Juta

Dagang Manusia di China, Wanita Korea Utara Bisa Dinikahi hanya dengan Harga Rp 2 Juta

Editor: Aji Bramastra
KOREA FUTURE INITIATIVE via BBC
Ilustrasi wanita Korea Utara yang diperdagangkan di China, dijual sebagai PSK dan istri. 

TRIBUNSOLO.COM - Ribuan wanita Korea Utara dilaporkan menjadi korban human trafficking di China.

Mereka diiming-imingi untuk datang ke China, untuk kemudian menjadi pekerja seks komersial atau PSK.

Laporan dari Korea itu menyebut, aksi itu diprakarsai gangster kriminal di China.

Ratusan Gadis Dinikahi Pria Tiongkok Lalu Ditelantarkan dan Ditempatkan di Lokasi Prostitusi

Transaksi perdagangan para wanita asal Korut ini mencapai Rp 14 miliar per tahun. 

Para wanita itu menjadi korban karena iming-iming mendapat tempat berlindung, setelah kabur dari Korut.

Setelah sampai China, para korban ditawari untuk menjadi PSK.

Bila menolak, mereka diancam akan dipulangkan kembali ke Korut.

Tentu saja, ini membuat mereka tak punya pilihan, karena bila kembali ke Korut, hukuman mati sudah menanti.

Para PSK Korut ini pun dijual dengan tarif sangat kecil.

"Korban dipasarkan di prostitusi dengan harga 30 Yuan (sekitar Rp 62 ribu). Ada juga yang dijual sebagai istri hanya dengan Rp 2 juta. Mereka pun dipasarkan ke negara lain secara online," ujar penulis laporan, Yoon Hee-soo.

Para korban diketahui dari beragam usia, mulai anak-anak yang masih berusia 9 tahun, sampai wanita berusia 29 tahun.

Banyak dari mereka yang dijual lebih dari sekali, meski baru setahun meninggalkan Korea Utara.

Kebanyakan dari mereka ditempatkan di rumah bordil.

Yang menyedihkan, anak-anak perempuan, di antaranya masih 9 tahun, dipaksa melayani pria hidung belang.

Tak sedikit pula, mereka dipukuli di depan kamera.

Para korban yang dijual sebagai istri, biasanya ditawarkan di kawasan-kawasan pingiran kota.

Harganya bervariasi, mulai yang terendah Rp 2 juta, sampai Rp 105 juta.

Tapi, meskipun mereka dinikahi, mereka tetap mendapat kekerasan fisik dari suaminya.

Kelompok HAM yang mengungkap hal ini mendapatkan informasi dari para korban yang kabur ke Korea Selatan.

Salah satu korban adalah seorang wanita bernama Pyon, dari Chongjin, Korut.

Dia mengaku dijual ke sebuah rumah bordil bersama enam perempuan Korut lainnya.

"Kami tak diberi cukup makan, dan kami diperlakukan dengan sangat buruk,"

"Setelah 8 bulan, kami dijual lagi. Si makelar melakukan hal buruk padaku," ujar Pyon.

Korban lain, Kim, mengatakan cara bagaimana mereka menarik pelanggan.

"Banyak orang Korea Selatan berkunjung ke Dalian. Kami meletakkan kartu nama di depan pintu hotel mereka tinggal. Lalu transaksi terjadi di bar hotel,"

"Beberapa perusahaan Korea Selatan butuh pelacur Korea untuk mengentertain relasi bisnis. Aku pertama bertemu orang Korsel saat menjadi pelacur," ujar Kim. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved